KETIKA malaikat itu meneruskan lukisan mengenai binatang
buas merah ungu dari Wahyu 17:3, ia memberitahu Yohanes:
”Yang penting di sini ialah akal yang mengandung hikmat: ketujuh kepala itu adalah tujuh gunung, yang di atasnya perempuan itu duduk, ketujuhnya adalah juga tujuh raja: lima di antaranya sudah jatuh, yang satu ada dan yang lain belum datang, dan jika ia datang, ia akan tinggal seketika saja.” (Wahyu 17:9, 10)
Di sini malaikat itu sedang menyampaikan hikmat dari atas, satu-satunya hikmat yang dapat memberikan pengertian mengenai lambang-lambang dalam buku Wahyu. (Yakobus 3:17) Hikmat ini memberitahu golongan Yohanes dan rekan-rekannya mengenai seriusnya jaman kita sekarang. Hal ini membina dalam hati orang-orang yang berbakti penghargaan terhadap keputusan hukum Yehuwa, yang sekarang akan dilaksanakan, dan menanamkan perasaan takut yang sehat kepada Yehuwa. Seperti dikatakan dalam Amsal 9:10: ”Permulaan hikmat adalah takut akan [Yehuwa], dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Apa yang disingkapkan oleh hikmat ilahi kepada kita mengenai binatang buas?
”Yang penting di sini ialah akal yang mengandung hikmat: ketujuh kepala itu adalah tujuh gunung, yang di atasnya perempuan itu duduk, ketujuhnya adalah juga tujuh raja: lima di antaranya sudah jatuh, yang satu ada dan yang lain belum datang, dan jika ia datang, ia akan tinggal seketika saja.” (Wahyu 17:9, 10)
Di sini malaikat itu sedang menyampaikan hikmat dari atas, satu-satunya hikmat yang dapat memberikan pengertian mengenai lambang-lambang dalam buku Wahyu. (Yakobus 3:17) Hikmat ini memberitahu golongan Yohanes dan rekan-rekannya mengenai seriusnya jaman kita sekarang. Hal ini membina dalam hati orang-orang yang berbakti penghargaan terhadap keputusan hukum Yehuwa, yang sekarang akan dilaksanakan, dan menanamkan perasaan takut yang sehat kepada Yehuwa. Seperti dikatakan dalam Amsal 9:10: ”Permulaan hikmat adalah takut akan [Yehuwa], dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Apa yang disingkapkan oleh hikmat ilahi kepada kita mengenai binatang buas?
Tujuh kepala dari binatang yang ganas itu
memaksudkan tujuh ”gunung,” atau tujuh ”raja.” Kedua istilah itu digunakan
dalam Alkitab untuk memaksudkan kuasa-kuasa pemerintahan. (Yeremia
51:24, 25; Daniel 2:34, 35, 44, 45) Dalam Alkitab, enam kuasa dunia
disebutkan mempunyai pengaruh kuat dalam hal-ikhwal umat Allah: Mesir, Asyur,
Babel, Media-Persia, Yunani, dan Roma. Dari antara mereka, lima sudah datang
dan pergi pada waktu Yohanes menerima Wahyu, sedangkan Roma masih
merupakan kuasa dunia yang kuat. Ini selaras benar dengan kata-kata, ”lima di
antaranya sudah jatuh, yang satu ada.” Namun bagaimana dengan ”yang lain” yang
belum muncul?
Kekaisaran Roma tetap bertahan dan bahkan
berkembang selama ratusan tahun setelah jaman Yohanes. Pada tahun 330 M.,
Kaisar Konstantin memindahkan ibukotanya dari Roma ke Bizantium, yang ia ganti
namanya menjadi Konstantinopel. Pada tahun 395 M., Kekaisaran Roma
terpecah menjadi bagian Timur dan bagian Barat. Pada tahun 410 M., Roma
sendiri jatuh ke tangan Alarik, raja kaum Visigot (rumpun bangsa Jerman yang
telah berubah agama kepada merek ”Kekristenan” dari suku Aria). Suku-suku dari
rumpun bangsa Jerman (juga ”Kristen”) menaklukkan Spanyol dan banyak dari
daerah Roma di Afrika Utara. Di Eropa selama berabad-abad terjadi gejolak,
keresahan, dan penataan kembali. Kaisar-kaisar yang terkemuka muncul di negeri
Barat, seperti misalnya Charlemagne, yang mengadakan persekutuan dengan Paus
Leo III pada abad ke-9, dan Frederick II, yang memerintah pada abad
ke-13. Namun wilayah kekuasaan mereka, walaupun dinamakan Kekaisaran Roma Suci,
jauh lebih kecil daripada Kekaisaran Roma sebelumnya pada masa kejayaannya. Ini
lebih merupakan pemulihan atau kelanjutan kuasa purba tersebut daripada suatu
kekaisaran yang baru.
Kekaisaran Roma di sebelah Timur, yang
pusatnya di Konstantinopel, bertahan namun dalam hubungan yang tidak menentu
dengan Kekaisaran sebelah Barat. Pada abad keenam, kaisar dari Timur
Justinian I dapat menaklukkan kembali sebagian besar dari Afrika Utara,
dan ia juga campur tangan di Spanyol dan Italia. Pada abad ketujuh,
Justinian II mendapatkan kembali untuk Kerajaan itu daerah-daerah di
Makedonia yang telah ditaklukkan oleh orang-orang dari suku Slavik. Tetapi,
menjelang abad kedelapan, bekas daerah Roma purba di Afrika Utara, Spanyol, dan
Siria, banyak yang jatuh ke tangan kekaisaran Islam yang baru dan dengan
demikian kekuasaan atasnya beralih dari Konstantinopel maupun Roma.
Kota Konstantinopel sendiri masih berdiri
agak lebih lama. Ia bertahan terhadap serangan yang sering dialaminya dari
orang Persia, Arab, Bulgar, dan Rusia sampai kota itu akhirnya jatuh pada tahun
1203—bukan ke tangan orang Islam tetapi kepada orang-orang dari Barat yang
ambil bagian dalam Perang Salib. Tetapi, pada tahun 1453, kota ini jatuh
ke tangan kekuasaan penguasa Ottoman yang Islam, Mehmed II, dan tidak lama
kemudian menjadi ibukota Kerajaan Ottoman, atau Turki. Jadi, meskipun kota Roma
jatuh pada tahun 410 M., setelah berabad-abad semua bekas Kekaisaran
politik Roma itu baru berlalu dari panggung dunia. Dan bahkan pada waktu itu,
pengaruhnya masih tetap dapat dilihat dalam imperium-imperium agama yang
bertumpu pada paus-paus dari Roma dan gereja-gereja Ortodoks Timur.
Tetapi, menjelang abad ke-15, beberapa
negeri membangun imperium-imperium yang sama sekali baru. Meskipun beberapa
dari kuasa-kuasa imperium yang baru ini berada di daerah bekas koloni-koloni
Roma, kerajaan-kerajaan mereka bukan hanya sekedar kelanjutan dari Kekaisaran
Roma. Portugal, Spanyol, Prancis, dan Belanda semuanya menjadi pusat
wilayah-wilayah kerajaan yang luas sekali. Namun yang paling berhasil adalah
Inggris, yang akhirnya menguasai suatu kerajaan yang sangat besar yang di sana
’matahari tidak pernah terbenam.’ Imperium ini menyebar pada masa-masa yang
berbeda ke banyak bagian dari Amerika Utara, Afrika, India, dan Asia Tenggara,
maupun wilayah yang luas di Pasifik Selatan.
Menjelang abad ke-19, beberapa dari koloni-koloni
di Amerika Utara, sudah memisahkan diri dari Inggris untuk membentuk Amerika
Serikat yang independen. Secara politik, konflik antara bangsa yang baru itu
dengan bekas negara induknya masih berlangsung. Meskipun demikian, perang dunia
pertama memaksa kedua negara itu untuk mengakui kepentingan mereka bersama dan
mengukuhkan suatu hubungan istimewa di antara mereka. Jadi, muncul suatu bentuk
kuasa dunia gabungan yang terdiri dari Amerika Serikat, yang sekarang adalah
bangsa terkaya di dunia, dan Britania Raya, pusat imperium kerajaan yang
terbesar di dunia. Maka, inilah ”kepala,” atau kuasa dunia ketujuh, yang terus
ada sampai jaman akhir dan di daerah-daerah tersebut Saksi-Saksi Yehuwa jaman
modern mula-mula berakar. Dibanding dengan pemerintahan yang berlangsung lama
dari kepala keenam, yang ketujuh ini hanya berdiri ”seketika saja,” sampai
Kerajaan Allah membinasakan semua kesatuan nasional.
Mengapa Disebut Raja Kedelapan?
Malaikat itu selanjutnya menjelaskan kepada
Yohanes:
”Dan binatang yang pernah ada dan yang sekarang tidak ada itu, ia sendiri adalah raja kedelapan dan namun demikian satu [”muncul,” NW] dari ketujuh itu dan ia menuju kepada kebinasaan.” (Wahyu 17:11)
Binatang buas merah-ungu simbolis itu ”muncul dari” tujuh kepala tadi; yaitu, ia dilahirkan dari, atau berhutang eksistensi kepada kepala-kepala dari ’binatang buas’ yang semula yang ”keluar dari dalam laut,” yang patungnya adalah binatang buas merah-ungu tersebut. Cara bagaimana? Nah, pada tahun 1919 kuasa Anglo-Amerika adalah kepala yang sedang berkuasa. Enam kepala sebelumnya telah jatuh, dan kedudukan yang dominan sebagai kuasa dunia telah beralih kepada kepala gabungan ini dan sekarang berpusat di dalamnya. Kepala yang ketujuh ini, sebagai wakil yang ada sekarang dari barisan kuasa-kuasa dunia, adalah tenaga penggerak dalam mendirikan Liga Bangsa Bangsa dan masih merupakan penganjur dan pendukung keuangan yang utama dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Jadi, dalam lambang, binatang buas merah ungu itu—raja kedelapan—”muncul dari” tujuh kepala yang semula. Dilihat dari sudut ini, pernyataan bahwa ia muncul dari ketujuh itu selaras benar dengan penyingkapan sebelumnya bahwa binatang buas bertanduk dua yang seperti anak domba (Kuasa Dunia Anglo-Amerika, kepala ketujuh dari binatang buas yang semula) mendesak dibuatnya patung itu dan memberinya kehidupan.—Wahyu 13:1, 11, 14, 15.
”Dan binatang yang pernah ada dan yang sekarang tidak ada itu, ia sendiri adalah raja kedelapan dan namun demikian satu [”muncul,” NW] dari ketujuh itu dan ia menuju kepada kebinasaan.” (Wahyu 17:11)
Binatang buas merah-ungu simbolis itu ”muncul dari” tujuh kepala tadi; yaitu, ia dilahirkan dari, atau berhutang eksistensi kepada kepala-kepala dari ’binatang buas’ yang semula yang ”keluar dari dalam laut,” yang patungnya adalah binatang buas merah-ungu tersebut. Cara bagaimana? Nah, pada tahun 1919 kuasa Anglo-Amerika adalah kepala yang sedang berkuasa. Enam kepala sebelumnya telah jatuh, dan kedudukan yang dominan sebagai kuasa dunia telah beralih kepada kepala gabungan ini dan sekarang berpusat di dalamnya. Kepala yang ketujuh ini, sebagai wakil yang ada sekarang dari barisan kuasa-kuasa dunia, adalah tenaga penggerak dalam mendirikan Liga Bangsa Bangsa dan masih merupakan penganjur dan pendukung keuangan yang utama dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Jadi, dalam lambang, binatang buas merah ungu itu—raja kedelapan—”muncul dari” tujuh kepala yang semula. Dilihat dari sudut ini, pernyataan bahwa ia muncul dari ketujuh itu selaras benar dengan penyingkapan sebelumnya bahwa binatang buas bertanduk dua yang seperti anak domba (Kuasa Dunia Anglo-Amerika, kepala ketujuh dari binatang buas yang semula) mendesak dibuatnya patung itu dan memberinya kehidupan.—Wahyu 13:1, 11, 14, 15.
Selain itu, anggota-anggota yang semula dari
Liga Bangsa Bangsa, bersama dengan Britania Raya, juga mencakup
pemerintahan-pemerintahan yang berkuasa di tempat kedudukan dari beberapa
kepala yang sebelumnya, yaitu Yunani, Iran (Persia) dan Italia (Roma).
Kemudian, pemerintahan-pemerintahan yang berkuasa atas daerah yang dikendalikan
oleh bekas enam kuasa dunia tersebut menjadi anggota-anggota pendukung dari patung
binatang buas itu. Dalam hal ini, juga, dapat dikatakan bahwa binatang buas
merah ungu itu muncul dari ketujuh kuasa dunia.
Perhatikan bahwa binatang buas merah ungu
itu ”sendiri adalah raja kedelapan.” Jadi, Perserikatan Bangsa Bangsa dewasa
ini dirancang agar tampak seperti suatu pemerintahan dunia. Kadang-kadang badan
itu bahkan bertindak seperti itu, dengan mengirim bala tentara ke medan perang
untuk menyelesaikan pertikaian internasional, seperti di Korea, Semenanjung
Sinai, beberapa negeri Afrika, dan Libanon. Namun badan ini hanya patung
dari seorang raja. Seperti sebuah patung agama, ia tidak mempunyai pengaruh
atau kuasa yang sejati terlepas dari apa yang ditanamkan di dalamnya oleh
mereka yang membuat dan menyembahnya. Kadang-kadang, binatang buas simbolis ini
tampak lemah; tetapi ia belum pernah mengalami ditinggalkan sekaligus oleh para
anggota diktator yang mendorong Liga Bangsa Bangsa terhuyung-huyung ke dalam
jurang maut. (Wahyu 17:8) Walaupun mempunyai pendapat berbeda yang radikal di daerah-daerah
lain, seorang pemimpin Soviet yang terkemuka pada tahun 1987 bergabung dengan
paus-paus Roma untuk menyatakan dukungan kepada PBB. Ia bahkan menuntut adanya
”sistem keamanan internasional yang lengkap” yang didasarkan atas PBB. Seperti
akan segera diketahui oleh Yohanes, akan tiba waktunya manakala PBB akan
bertindak dengan wewenang yang cukup besar. Kemudian dia sendiri, menurut
gilirannya, akan ”menunju kepada kebinasaan.”
Sepuluh Raja untuk Satu Jam
Dalam pasal sebelumnya dari buku Wahyu,
malaikat keenam dan malaikat ketujuh mencurahkan cawan-cawan murka Allah. Jadi
kita diberitahu bahwa raja-raja di bumi sedang dikumpulkan kepada perang Allah
di Armagedon dan bahwa ’Babel besar itu diingat oleh Allah.’ (Wahyu 16:1,
14, 19) Sekarang kita akan mengetahui dengan lebih terinci bagaimana
penghukuman Allah atas mereka akan dilaksanakan. Dengarkan lagi kepada malaikat
Yehuwa seraya ia berbicara kepada Yohanes.
”Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu adalah sepuluh raja, yang belum mulai memerintah, tetapi satu jam lamanya mereka akan menerima kuasa sebagai raja, bersama-sama dengan binatang itu. Mereka seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka, mereka berikan kepada binatang itu. Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”—Wahyu 17:12-14.
”Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu adalah sepuluh raja, yang belum mulai memerintah, tetapi satu jam lamanya mereka akan menerima kuasa sebagai raja, bersama-sama dengan binatang itu. Mereka seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka, mereka berikan kepada binatang itu. Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”—Wahyu 17:12-14.
Sepuluh tanduk itu menggambarkan semua
kuasa politik yang dewasa ini memegang kekuasaan di dunia dan yang mendukung
patung binatang buas. Sedikit sekali dari negara-negara yang ada sekarang
dikenal pada jaman Yohanes. Dan yang pada waktu itu telah dikenal, seperti
misalnya Mesir dan Persia (Iran), dewasa ini mempunyai sistem politik yang sama
sekali berbeda. Jadi, pada abad pertama, ’kesepuluh tanduk itu belum mulai
memerintah.’ Tetapi sekarang pada hari Tuhan, mereka ”memerintah,” atau
mempunyai wewenang politik. Dengan jatuhnya imperium-imperium kolonial yang
besar, khususnya sejak perang dunia kedua, banyak bangsa baru dilahirkan.
Mereka, maupun kuasa-kuasa yang sudah berdiri lebih lama, harus memerintah
bersama binatang buas itu untuk suatu jangka waktu yang pendek—hanya ”satu jam”—sebelum
Yehuwa mengakhiri semua kuasa politik dunia di Armagedon.
Dewasa ini, nasionalisme merupakan salah
satu tenaga pendorong yang paling kuat yang menggerakkan kesepuluh tanduk.
Mereka ”seia sekata [”satu pikiran,” NW]” dalam hal mereka ingin
mempertahankan kedaulatan nasional mereka dan tidak mau menerima Kerajaan
Allah. Inilah tujuan mereka dalam mendukung Liga Bangsa Bangsa dan Perserikatan
Bangsa Bangsa—untuk memelihara perdamaian dunia dan dengan demikian melindungi
eksistensi mereka sendiri. Sikap sedemikian memastikan bahwa tanduk-tanduk itu
akan menentang Anak Domba, ”Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala
raja,” karena Yehuwa bermaksud agar KerajaanNya di bawah Yesus Kristus tidak
lama lagi menggantikan semua kerajaan ini.—Daniel 7:13, 14; Matius 24:30;
25:31-33, 46.
Tentu, tidak ada yang dapat dilakukan oleh
para penguasa dunia ini terhadap Yesus sendiri. Ia berada di surga, jauh dari
jangkauan mereka. Tetapi saudara-saudara Yesus, kaum sisa dari benih perempuan,
masih berada di bumi dan jelas mudah diserang. (Wahyu 12:17, Bode)
Banyak dari tanduk-tanduk itu telah memperlihatkan kebencian yang besar
terhadap mereka, dan dengan cara demikian mereka berperang melawan Anak Domba.
(Matius 25:40, 45) Tetapi, tidak lama lagi, akan tiba waktunya bagi
Kerajaan Allah untuk ”meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya.” (Daniel
2:44) Pada waktu itu, raja-raja di bumi akan berperang habis-habisan melawan
Anak Domba, seperti yang akan kita lihat tidak lama lagi. (Wahyu 19:11-21)
Tetapi kita sudah cukup banyak belajar untuk mengerti bahwa bangsa-bangsa tidak
akan berhasil. Walaupun mereka dan binatang buas merah ungu PBB ”seia sekata,”
mereka tidak dapat mengalahkan ”Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala
raja” yang agung. Mereka juga tidak dapat mengalahkan ”mereka yang terpanggil,
yang telah dipilih dan yang setia” yang bersama-sama dengan dia, termasuk para
pengikutnya yang terurap yang masih ada di bumi. Orang-orang ini juga akan
menang dengan memelihara integritas sebagai jawaban kepada tuduhan Setan yang
keji.—Roma 8:37-39; Wahyu 12:10, 11.
Membinasakan Pelacur Itu
Umat Allah bukan satu-satunya sasaran dari
sikap permusuhan sepuluh tanduk itu. Malaikat itu sekarang menarik perhatian
Yohanes kembali kepada pelacur itu, ”Lalu ia berkata kepadaku:
’Semua air yang telah kaulihat, di mana
wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa
dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.
Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat
itu serta binatang itu akan membenci pelacur
itu dan mereka akan membuat dia menjadi
sunyi dan telanjang, dan mereka akan memakan
dagingnya dan membakarnya dengan api.’”—Wahyu
17:15, 16.
Babel purba mengandalkan air yang menjadi
pertahanannya, demikian pula Babel Besar dewasa ini mengandalkan anggota-anggotanya
yang sangat banyak jumlahnya yang terdiri dari ”bangsa-bangsa dan rakyat banyak
dan kaum dan bahasa.” Malaikat itu dengan tepat menarik perhatian kita kepada
hal ini sebelum memberitahu tentang suatu perkembangan yang mengejutkan: Pemerintahan-pemerintahan
politik dari bumi ini akan berbalik dengan keras melawan Babel Besar. Apa yang
akan dilakukan oleh semua ”bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa”
pada waktu itu? Umat Allah sudah memperingatkan Babel Besar bahwa air Sungai Efrat
akan mengering. (Wahyu 16:12) Air tersebut akhirnya akan kering sama sekali.
Air tersebut tidak dapat memberikan kepada pelacur tua yang menjijikkan itu
bantuan apapun yang berarti pada saat ia sangat membutuhkannya.—Yesaya 44:27;
Yeremia 50:38; 51:36, 37.
Pasti, kekayaan materi yang luar biasa
besar dari Babel Besar tidak akan menyelamatkan dia. Hal tersebut bahkan dapat
mempercepat kehancurannya, karena penglihatan itu menunjukkan bahwa ketika
binatang buas dan kesepuluh tanduk melampiaskan kebencian mereka ke atasnya,
mereka akan melucuti pakaian kerajaannya dan semua perhiasannya. Mereka akan
menjarah kekayaannya. Mereka akan ”membuat dia menjadi . . .
telanjang,” dengan cara yang memalukan menyingkapkan sifat aslinya. Benar-benar
suatu kehancuran! Nasib akhirnya juga sama sekali tidak terhormat. Mereka
menghancurkan dia, ”memakan dagingnya,” membuatnya menjadi tulang belulang yang
tidak bernyawa. Akhirnya, mereka ”membakarnya dengan api.” Ia dibakar seperti
seorang pembawa tulah, bahkan tidak mendapat penguburan yang layak! Bukan hanya
bangsa-bangsa, yang dilambangkan oleh sepuluh tanduk, yang menghancurkan
pelacur besar, tetapi ’binatang buas,’ maksudnya PBB sendiri, bergabung dengan
mereka dalam serangan ini. Badan itu akan menyetujui kehancuran agama palsu.
Mayoritas dari 150 bangsa lebih dalam PBB sudah memperlihatkan, melalui pola
pemberian suara mereka, kebencian terhadap agama, terutama agama dari Susunan
Kristen.
Mengapa bangsa-bangsa akan memperlakukan
bekas kekasih mereka dengan begitu kejam? Kita telah melihat dalam sejarah
belakangan ini potensi besar untuk sikap berbalik melawan agama
Babel tersebut. Perlawanan resmi dari pemerintahan telah sangat mengurangi
pengaruh agama di negeri-negeri seperti misalnya Uni Soviet dan Cina. Di bagian-bagian
Eropa yang Protestan, sikap acuh tak acuh dan keragu-raguan yang meluas telah
membuat gereja-gereja kosong, sehingga agama secara praktis telah mati.
Imperium Katolik yang sangat luas terpecah-belah oleh pemberontakan dan
pertentangan, yang tidak dapat diredakan oleh paus yang sering mengadakan
perjalanan keliling. Namun, kita tidak boleh kehilangan pandangan akan
kenyataan bahwa serangan terakhir yang total atas Babel Besar akan datang
sebagai pernyataan penghukuman Allah yang tidak dapat diubah atas pelacur besar
itu.
Melaksanakan Rencana Allah
Bagaimana Yehuwa melaksanakan penghukuman
ini? Ini dapat digambarkan dengan tindakan Yehuwa melawan umatNya yang murtad
pada jaman purba, yang mengenai mereka Ia mengatakan: ”Di kalangan para nabi
Yerusalem Aku melihat ada yang mengerikan: mereka berzinah dan berkelakuan
tidak jujur; mereka menguatkan hati orang-orang yang berbuat jahat, sehingga
tidak ada seorangpun yang bertobat dari kejahatannya; semuanya mereka telah
menjadi seperti Sodom bagiKu dan penduduknya seperti Gomora.” (Yeremia 23:14)
Pada tahun 607 S.M., Yehuwa menggunakan Nebukadnezar untuk ’menelanjangi,
merampas perhiasan-perhiasan, dan meninggalkan dalam keadaan telanjang bugil’
kota itu yang berzinah secara rohani. (Yehezkiel 23:4, 26, 29) Yerusalem
pada jaman itu merupakan pola dari Susunan Kristen dewasa ini, dan seperti yang
Yohanes lihat dalam penglihatan-penglihatan sebelumnya, Yehuwa akan
melaksanakan penghukuman yang sama atas Susunan Kristen dan agama palsu
lainnya. Keadaan Yerusalem setelah tahun 607 S.M. yang telantar dan tidak
berpenghuni memperlihatkan bagaimana keadaan Susunan Kristen yang bersifat
agama nanti setelah dilucuti dari kekayaannya dan ditelanjangi secara
memalukan. Dan agama-agama lain dari Babel Besar tidak akan lebih baik
keadaannya.
Sekali lagi Yehuwa menggunakan para
penguasa manusia untuk melaksanakan hukuman. ”Sebab Allah akan
menaruh ke dalam hati mereka untuk melakukan
rencanaNya, bahkan untuk melaksanakan satu rencana
mereka dengan memberikan kerajaan mereka kepada
binatang buas, sampai segala firman Allah
digenapi.” (Wahyu 17:17, ”NW”)
Apa gerangan ’rencana’ Allah? Yaitu mengatur agar para pelaksana penghukuman atas Babel Besar bersatu, agar dapat menghancurkan dia sama sekali. Tentu, motif para penguasa dalam menyerang dia adalah untuk melaksanakan ”satu rencana” mereka sendiri. Mereka akan merasa bahwa adalah demi kepentingan nasionalistis mereka untuk berbalik melawan pelacur besar itu. Mereka mungkin mulai menganggap agama yang diorganisasi dalam wilayah mereka sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka. Tetapi sebenarnya Yehuwa yang menggerakkan semua hal-ikhwal; mereka akan melaksanakan rencanaNya dengan menghancurkan musuh bebuyutanNya yang berzinah dengan satu kali pukul!—Bandingkan Yeremia 7:8-11, 34.
Apa gerangan ’rencana’ Allah? Yaitu mengatur agar para pelaksana penghukuman atas Babel Besar bersatu, agar dapat menghancurkan dia sama sekali. Tentu, motif para penguasa dalam menyerang dia adalah untuk melaksanakan ”satu rencana” mereka sendiri. Mereka akan merasa bahwa adalah demi kepentingan nasionalistis mereka untuk berbalik melawan pelacur besar itu. Mereka mungkin mulai menganggap agama yang diorganisasi dalam wilayah mereka sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka. Tetapi sebenarnya Yehuwa yang menggerakkan semua hal-ikhwal; mereka akan melaksanakan rencanaNya dengan menghancurkan musuh bebuyutanNya yang berzinah dengan satu kali pukul!—Bandingkan Yeremia 7:8-11, 34.
Ya, bangsa-bangsa akan menggunakan binatang
buas merah ungu, Perserikatan Bangsa Bangsa, untuk menghancurkan Babel Besar.
Mereka tidak bertindak berdasarkan prakarsa sendiri, karena Yehuwa menaruh
dalam hati mereka ”bahkan untuk melaksanakan satu rencana mereka dengan
memberikan kerajaan mereka kepada binatang buas.” Bila tiba waktunya,
bangsa-bangsa pasti akan melihat perlunya menguatkan Perserikatan Bangsa
Bangsa. Mereka seolah-olah akan memberinya gigi, yaitu memberikan wewenang dan
kekuasaan apapun yang mereka miliki agar badan itu dapat berbalik melawan agama
palsu dan berperang dengan berhasil melawannya ”sampai segala firman Allah
digenapi.” Dengan demikian, pelacur purba itu akan menemui akhirnya yang
tuntas. Dan benar-benar selamat tinggal baginya!
Seolah-olah untuk menandaskan kepastian
dari pelaksanaan penghukuman Yehuwa atas imperium agama palsu sedunia, malaikat
itu mengakhiri kesaksiannya dengan mengatakan: ”Dan perempuan yang
telah kaulihat itu, adalah kota besar
yang memerintah atas raja-raja di bumi.”
(Wahyu 17:18)
Seperti Babel pada jaman Belsyazar, Babel Besar telah ”ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan [”kurang,” The New English Bible].” (Daniel 5:27) Penghukumannya akan cepat dan tuntas. Dan bagaimana sambutan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap penyingkapan rahasia tentang pelacur besar itu dan binatang buas merah ungu? Mereka memperlihatkan gairah dalam memberitakan hari penghukuman Yehuwa, sambil menjawab para pencari kebenaran yang tulus ”dengan ramah.” (Kolose 4:5, 6, NW; Wahyu 17:3, 7) Seperti akan diperlihatkan oleh pasal berikut, semua yang ingin selamat pada waktu pelacur besar itu dihukum harus bertindak, dan bertindak dengan cepat!
Seperti Babel pada jaman Belsyazar, Babel Besar telah ”ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan [”kurang,” The New English Bible].” (Daniel 5:27) Penghukumannya akan cepat dan tuntas. Dan bagaimana sambutan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap penyingkapan rahasia tentang pelacur besar itu dan binatang buas merah ungu? Mereka memperlihatkan gairah dalam memberitakan hari penghukuman Yehuwa, sambil menjawab para pencari kebenaran yang tulus ”dengan ramah.” (Kolose 4:5, 6, NW; Wahyu 17:3, 7) Seperti akan diperlihatkan oleh pasal berikut, semua yang ingin selamat pada waktu pelacur besar itu dihukum harus bertindak, dan bertindak dengan cepat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar