Rabu, 06 November 2013

Saksi Yehova Semakin Berkembang Di Surabaya

 
SURABAYA- Saksi-saksi Yehova sebagai aliran yang mendapat penolakan keras oleh kekristenan mainstream ternyata tidak punah. Setidaknya itu terlihat di Kota Surabaya. Setelah mengalami pelarangan resmi pada pertengahan tahun 1976, para pengikut dan penatua Saksi Yehova melakukan kegiatan secara diam-diam.



Secara kebetulan minggu lalu kru pustakalewi.com bertemu dengan salah seorang pengikut setia Saksi Yehova. Pengikut Saksi Yehova itu, Denis (bukan nama sebenarnya), adalah seorang pengemudi taksi. Saat Denis mengantar kru pustakalewi.com terjadi percakapan tentang situasi yang tengah terjadi di Jatim.



Setelah berbicara panjang lebar, tiba-tiba Denis mengeluarkan opininya, ”Saya ini non Kristen mas. Tetapi saya percaya dengan pernyataan para pengikut Yehuwa (demikian para pengikut melafalkan Yehova,-red) yang mengatakan bahwa waktunya sudah dekat!”.



Pernyataannya itu tentu mengagetkan. Naluri selidik terusik. Belum sempat bertanya lebih lanjut, Denis dengan cepat menambahi dengan keyakinan dirinya bahwa akan tiba waktunya Nabi Isa datang menjadi juru damai dunia selama kurang lebih 40 tahun. Pada saat kedatangannya, lanjut Denis, semua pihak yang bertentangan akan berdamai, singa dan manusia pun akan bersahabat.



Bak seorang penginjil sejati, Denis pun menyebut nama Widodo, seorang penatua saksi Yehova yang menurutnya dapat dihubungi jika pustakalewi.com ingin mengetahui lebih jauh dunia para pengikut yehova. Denis pun memberi alamat. Tidak hanya itu, dengan ramah ia juga menyerahkan nomor handphone kepada pustakalewi.com. “Jika ingin diskusi, hubungi saya,” lanjutnya sembari memberi uang kembalian pembayaran argo taksi.



Untuk mengetahui lebih jauh dunia para saksi Yehova, rabu sore (31/8) pustakalewi.com pun mendatangi alamat yang dirujuk Denis. Setelah membuat janji via telepon, Widodo menyatakan bersedia diwawancarai Kamis petang.



Kami pun diterima dengan ramah di beranda rumahnya yang terletak di kawasan Kedung Tarukan, Surabaya. Tidak berapa lama, dua gelas air putih segera menemani kami.



“Para saksi Yehova sesungguhnya terbuka untuk dialog. Kami tidak eksklusif,” ujar Widodo membuka percakapan. Pernyataan itu dilontarkannya karena pustakalewi.com mengaku kesulitan menemukan nara sumber untuk mengerti seluk-beluk saksi Yehova.



Menurut Widodo, para penatua saksi Yehova sebenarnya sangat senang berdiskusi dengan pihak manapun. Asal, lanjut pria lajang ini, diskusi harus berdasarkan alkitab. Untuk menguatkan pernyataannya itu, Widodo bergegas sesaat mengambil Alkitab yang diterbitkan LAI.



“Dulu kami pernah diajak diskusi oleh Yayasan Lahai Roi (Yayasan pelayanan mahasiswa yang melayani Unair dan ITS,-red). Tapi setelah beberapa kali diskusi mereka tidak pernah lagi mengundang,” lanjut pria yang sehari-hari bekerja di perusahaan asuransi ini.



Untuk membuktikan kalau mereka tidak punya hasrat politik tersembunyi, Widodo juga pernah diundang oleh aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Surabaya. Hasil dari dialog itu membuahkan hasil, resistensi terhadap saksi yehova dapat diminimalkan.



“Di masa pemerintahan Gus Dur, akhirnya kami para saksi-saksi Yehova dapat bergerak dengan bebas,” ujarnya.



Setelah terdaftar secara resmi di Dirjen Bimas Kristen, para pengikut Saksi-saksi Yehova tidak lagi merasa tertekan untuk mengadakan kegiatan rutin seperti pertemuan tengah minggu (setiap Kamis sore,-red) dan pertemuan se-kota yang diadakan setiap empat (4) bulan sekali.



Keyakinan mereka bahwa amanat Yesus supaya pengikutnya menjadi “saksiNya” menjadi dasar dan motif yang terutama pergerakan mereka. Untuk itu, kini di Surabaya mereka telah mempunyai tujuh belas (17) kelompok pelayanan yang tersebar di beberapa kecamatan. Pertemuan raya bulan Juli lalu, para saksi menurut Widodo memadati gedung Surabaya Supermal Convention Center (SSCC) yang kapasitasnya kurang lebih 5000 orang itu.



Bangga pada persaudaraan para saksi



Menurut Widodo, dirinya adalah generasi kedua para saksi Yehova. Kedua orang tuanya adalah generasi pertama penganut saksi Yehova di Surabaya.



Saat ditanya mengapa memilih menjadi seorang pengikut saksi Yehova, Widodo mengaku itu dipengaruhi oleh kekagumannya pada rasa persaudaraan di antara para saksi yang menurut dia luar biasa.



“Jika pergi ke luar negeri, Saya hanya pegang majalah Menara Pengawal. Pasti para saksi akan menghampiri dan mendampingi hingga urusan selesai,” ujar alumnus sekolah perhotelan ini dengan mimik terharu.



Hal yang sama menurut Widodo juga terjadi di dalam negeri. Jika mereka saling berpapasan di suatu tempat, dengan memberikan kode tertentu, para saksi akan dapat mengenali dan iklas membantu. Tanpa ada ketakutan ditipu atau dikuras uangnya.



Kekaguman Widodo tidak hanya itu. Ia pun memberi contoh, majalah Menara Pengawal, milik para saksi, terbit dua minggu sekali di seluruh dunia. Oplahnya mencapai 26 juta eksemplar sekali terbit dan telah diterjemahkan ke 250-an bahasa negara. Majalah Menara Pengawal semuanya dibagi gratis.



“Setiap brosur, traktat dan sebagainya gratis. Kami tidak memungut biaya sepeser pun,” katanya dengan bangga.



“Kami punya software yang dapat menterjamahkan sebuah naskah berbahasa Inggris ke 250-an bahasa secara otomatis. Itu sudah menggenapi apa yang dinyatakan dalam Alkitab,” imbuhnya.



Menurut Widodo, amanat agar kabar sukacita itu disampaikan kepada segala bangsa telah dilaksanakan dengan baik oleh para pengikut Saksi Yehova.



“Anggota PBB saja hanya sekitar 180-an negara. Sedangkan kami telah menyebarkan kabarbaik ke 250-an negara,” ujarnya optimis.



Ketika diajak berdiskusi lebih lanjut, Widodo menolak dengan halus. Menurutnya, dirinya tidak berhak memberikan informasi lebih. Lantas Widodo menyarankan pustakalewi.com datang pada pertemuan raya para saksi yang akan dilaksanakan pada awal Oktober mendatang.



“Di sana akan tersedia desk untuk para wartawan. Silakan anda bertanya panjang lebar dan akan dijawab oleh penanggungjawabnya. Kami menunggu kedatangan pustakalewi.com,” ujarnya mengakhiri percakapan. (S3)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar