Kamis, 05 Desember 2013

Natal dan tahun baru.

Natal dan Tahun Baru—Sesuaikah dengan yang Diharapkan?
”Peter [Agung] memerintahkan agar semua gereja mengadakan kebaktian khusus Tahun Baru pada tanggal 1 Januari. Selain itu, ia menginstruksikan agar orang-orang menggunakan ranting-ranting cemara untuk menghiasi tiang pintu di dalam rumah-rumah, dan menitahkan agar semua penduduk Moskwa ’mempertunjukkan kebahagiaan mereka dengan [saling] meneriakkan ucapan selamat’ pada saat Tahun Baru.”—Peter the Great—His Life and World.

APA yang Saudara harapkan dari Natal dan Tahun Baru? Liburan hari-hari raya ini cukup panjang. Baik orang tua yang bekerja maupun anak-anak yang bersekolah mungkin libur pada saat tersebut, jadi itulah kesempatan ideal untuk menggunakan waktu bersama keluarga. Natal secara turun-temurun dirayakan sebagai hari kelahiran Kristus. Karena menganggap Natal sebagai aspek terpenting dalam masa liburan tersebut, ada yang ingin merayakannya untuk menghormati Kristus. Barangkali, Saudara pun demikian.

Entah untuk menghormati Kristus, untuk bersenang-senang bersama keluarga, atau keduanya, jutaan suami, istri, dan anak di seluruh dunia begitu menanti-nantikan saat tersebut. Bagaimana dengan tahun ini? Apakah tahun ini memang akan menjadi saat istimewa bagi keluarga, dan istimewa bagi Allah? Andaikan ada acara keluarga, apakah itu sesuai dengan yang Saudara harapkan, atau apakah Saudara akan kecewa?

Banyak orang yang menanti-nantikan aspek rohani dari Natal dan Tahun Baru mengamati bahwa semangat Kristus justru hilang pada perayaan itu. Sebaliknya, yang ada hanyalah menerima hadiah, dalih untuk menggelar pesta yang bisa jadi disertai perilaku yang tidak menghormati Kristus, atau alasan untuk mengadakan reuni keluarga. Kerap kali, acara semacam itu dirusak oleh satu atau lebih anggota keluarga yang makan dan minum alkohol secara berlebihan, dan perdebatan yang sering memicu kekerasan dalam keluarga. Saudara mungkin mengamati hal itu, atau bisa jadi bahkan mengalaminya sendiri.

Jika memang demikian, Saudara mungkin merasa situasinya tidak banyak berubah sejak zaman Tsar Rusia Peter Agung, yang disebutkan di awal. Karena terusik oleh tren yang ada sekarang, banyak orang berharap agar perayaan Natal dan Tahun Baru bisa menjadi waktu untuk melakukan perenungan rohani yang mendalam dan menikmati pergaulan yang menyenangkan bersama keluarga. Ada yang bahkan gencar mengupayakan perubahan, dengan mengelu-elukan slogan seperti ”Karena Yesuslah, kita merayakannya”. Tetapi, apakah hal ini bisa menghasilkan perubahan? Dan, apakah perubahan itu dapat benar-benar mendatangkan hormat bagi Kristus? Adakah alasan untuk memandang Natal dan Tahun Baru dari sudut yang berbeda?

Untuk memperoleh jawaban yang memuaskan, mari kita simak situasinya dari sudut pandang suatu bangsa yang seharusnya memiliki alasan khusus untuk menghargai hari-hari raya tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar