SEJARAH SINGKAT dan PERBEDAAN DASAR Roma katolik
Pendahuluan:
Sebetulnya ini bukanlah pelajaran tentang perbandingan agama, tetapi lebih tepat disebut sebagai perbandingan aliran, karena Roma Katolik sebetulnya termasuk dalam ruang lingkup Kristen.
Ada 2 sikap extrim / salah menghadapi agama / aliran lain:
1) Sikap menyerang:
a) Penyerangan itu bisa ditujukan kepada orang yang beragama lain itu, dimana kita membenci atau memusuhi orang itu.
Ini salah karena sekalipun kita harus menentang ajaran yang salah / sesat, tetapi kita harus mengasihi orangnya, dan berusaha mengarahkan dia pada jalan yang benar.
b) Penyerangan itu bisa ditujukan kepada agama orang itu.
Pada umumnya ini juga salah, karena pada umumnya orang yang dise-rang agamanya akan menjadi marah, sehingga ia akan membuat 'ben-teng' pada waktu kita memberitakan Injil kepadanya.
Karena itu harap diperhatikan bahwa buku ini tujuannya bukan untuk dibagikan kepada orang Roma Katolik, tetapi hanya untuk kalangan Kristen sendiri.
2) Menganggap semua agama sama dan semua agama itu baik.
Ini juga merupakan sikap yang salah karena:
a) Setiap agama bukan saja berbeda dengan agama yang lain, tetapi bah-kan juga bertentangan.
Misalnya:
- Kristen (dan Katolik) mengakui Yesus sebagai Tuhan / Allah sendiri, tetapi agama-agama yang lain tidak.
- Kristen mengakui Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat dan satu-satunya jalan keselamatan, tetapi agama-agama lain tidak.
- Kristen menekankan keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan baik, tetapi agama-agama lain (termasuk Katolik) menekankan perbuatan baik.
Jelas bahwa orang yang menganggap semua agama sama, jelas tidak mengerti apa-apa soal agama-agama yang ia anggap sama itu!
b) Sekalipun mungkin semua agama mengajarkan umatnya untuk berbuat baik, tetapi:
- konsep tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik berbeda antara agama yang satu dan agama yang lain.
- bagaimana kalau umat beragama itu gagal melakukan apa yang baik? Dengan kata lain, bagaimana kalau mereka berbuat dosa? Hanya dalam Kristen ada penebusan dosa melalui pengorbanan Yesus Kristus, Allah yang telah menjadi manusia, dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia! Tidak ada agama lain yang mem-punyai penebus dosa / pembayar hutang dosa!
Tujuan belajar perbandingan agama / aliran:
1. Bukan supaya kita menjadi sombong, atau supaya kita bisa mengejek atau menghina orang yang beragama / beraliran lain, atau supaya kita menang kalau berdebat dengan mereka!
2. Untuk menguatkan iman kita sendiri.
Dalam belajar tentang agama / aliran lain, kita harus mempelajari kesalahan mereka dan mempelajari bagaimana ajaran yang benar. Kalau kita hanya mengerti kesalahan mereka tetapi tidak mengerti bagaimana ajaran yang seharusnya / yang benar, maka ini tidak akan terlalu membawa manfaat bagi iman kita. Tetapi kalau kita juga mempelajari bagaimana ajaran yang benar / seharusnya, maka ini akan menguatkan iman kita.
3. Untuk membawa mereka kepada Kristus.
Selama kita masih beranggapan bahwa semua agama adalah sama / semua agama itu baik, atau selama kita tidak mengetahui kesalahan dari orang yang beragama lain itu, maka kita tidak akan memberitakan Injil kepada mereka. Tetapi kalau kita sudah tahu perbedaan dan kesalahannya, maka kita akan mempunyai motivasi untuk memberitakan Injil kepada mereka.
Khususnya dalam persoalan Roma Katolik, ada banyak orang kristen beranggapan bahwa Roma Katolik itu sama dengan Kristen, dan karena itu tidak perlu diinjili.
Jadi, kalau saudara sudah mempelajari buku ini dan mengerti kesalahan ajaran Roma Katolik, dan saudara tidak berusaha menginjili orang Ro-ma Katolik, maka ada sesuatu yang tidak beres dalam kerohanian sau-dara! Mungkin saudarapun adalah orang yang belum diselamatkan!
I) Istilah Roma Katolik:
1) Istilah 'Katolik' sebetulnya bukan monopoli golongan Roma Katolik, kare-na istilah 'Katolik' sebetulnya berarti 'universal' atau 'umum / am' [ban-dingkan dengan kalimat dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang berbunyi 'Gereja yang kudus dan am', yang dalam terjemahan bahasa Inggrisnya berbunyi 'The Holy Catholic Church' (= Gereja Katolik yang kudus)].
2) Sebetulnya istilah 'Roma Katolik' merupakan suatu kontradiksi, karena kata 'Roma' menunjukkan tempat tertentu / lokal, sedangkan kata 'Kato- lik' berarti universal / umum / sedunia.
II) Sejarah singkat:
Ini perlu diketahui, karena banyak orang kristen yang mengira bahwa Roma Katolik ada lebih dulu dan kristen merupakan agama baru yang memberon-tak terhadap Roma Katolik. Karena itu, kalau orang kristen diserang oleh orang Katolik dengan cara ini, mereka tidak bisa menjawab.
1) Sejak jaman Perjanjian Baru orang-orang yang percaya kepada Kristus dan menggunakan Kitab Suci sebagai dasar hidup / kepercayaan, disebut Kristen (Kis 11:26).
Perhatikan bahwa Kristen sudah ada pada abad pertama, jauh sebelum Roma Katolik ada!
2) Mulai abad I orang-orang kristen dianiaya oleh orang-orang Yahudi yang menganggap Kristen sebagai suatu sekte yang sesat. Orang-orang kris-ten juga dianiaya oleh pihak pemerintah Romawi karena orang-orang kristen itu tidak mau menyembah kaisar.
Tetapi banyaknya penganiayaan ini justru menyebabkan kekristenan itu menjadi murni (tidak ada atau jarang ada orang kristen KTP), dan orang-orang kristen mempunyai iman yang kuat.
3) Pada awal abad ke 4, Constantine mulai tertarik pada kekristenan dan pada tahun 324 M, setelah ia menjadi kaisar atas seluruh wilayah ke-kaisaran Romawi, ia menjadikan kristen sebagai agama yang sah di seluruh wilayah kekaisaran Romawi.
4) Karena kristen dijadikan agama yang sah di seluruh kekaisaran Romawi, maka akibatnya banyak orang terpaksa masuk kristen, padahal hati mereka tidak kristen / tidak percaya kepada Yesus maupun Kitab Suci. Mereka ini lalu mulai membawa kekafiran mereka ke dalam gereja dan gereja yang kurang ketat dalam menjaga ajarannya, makin lama makin menyeleweng.
Contoh-contoh penyelewengan:
1. Doa untuk orang mati dan membuat tanda salib 300 M
2. Pemujaan terhadap malaikat dan orang suci 375 M
3. Penggunaan patung-patung 375 M
4. Permulaan pemuliaan Maria (istilah 'bunda Allah') 431 M
5. Doktrin tentang api pencucian 593 M
6. Penggunaan bahasa Latin dalam doa / kebaktian 600 M
7. Doa ditujukan kepada Maria, malaikat dan orang-orang suci 600 M
8. Gelar 'Paus' 607 M
9. Mencium kaki Paus 709 M
10. Penyembahan terhadap salib, patung dan relics 786 M
11. Penyembahan terhadap Santo Yusuf 890 M
12. Kanonisasi orang-orang suci yang mati 995 M
13. Hamba Tuhan tidak boleh menikah 1079 M
14. Doa Rosario 1090 M
15. Transubstantiation (doktrin tentang perjamuan kudus) 1215 M
16. Alkitab dilarang untuk orang awam 1229 M
17. Cawan Perjamuan Kudus dilarang untuk orang awam 1414 M
18. Api Pencucian ditetapkan sebagai dogma 1439 M
19. Doktrin tentang 7 sakramen diteguhkan 1439 M
20. Salam Maria 1508 M
21. Tradisi disetingkatkan dengan Alkitab 1545 M
22. Apocrypha dimasukkan ke dalam Kitab Suci 1546 M
23. Doktrin bahwa Maria lahir / dikandung dan hidup tanpa dosa 1854 M
24. Paus tidak bisa salah kata-katanya 1870 M
25. Kenaikan Maria ke surga 1950 M
26. Maria dinyatakan sebagai ibu gereja 1965 M
Catatan:
Ini hanya sekitar 60 % dari penyelewengan-penyelewengan yang ditulis-kan oleh Loraine Boettner dalam bukunya 'Roman Catholicism', pp 7-9.
5) Karena kota Roma adalah ibukota kekaisaran Romawi, maka bishop (= uskup) Roma makin lama makin kuat kedudukannya, dan pada tahun 445 M, Kaisar Valentinian memutuskan bahwa semua bishop harus tun-duk pada bishop Roma. Ini mengarah pada timbulnya Paus dan muncul-nya Roma sebagai pusat Roma Katolik.
6) Penyelewengan yang menjadi-jadi pada abad 16, akhirnya menimbulkan Reformasi oleh Martin Luther (1517) dan lalu disusul oleh Zwingli, John Calvin, dan John Knox.
Reformasi ini bertujuan untuk memanggil orang-orang untuk 'kembali pada Alkitab' (back to the bible).
Dari istilah / semboyan 'kembali pada Alkitab' ini sebetulnya sudah jelas bahwa orang kristen yang mempunyai jiwa reformasi, harus menganggap Roma Katolik sebagai kristen yang sudah menyimpang. Kalau tidak menyimpang, mengapa harus kembali pada Alkitab?
Kesimpulan:
Kristen Protestan bukanlah agama / ajaran baru yang memberontak dari Roma Katolik, tetapi ajaran yang kembali kepada kekristenan yang lama / mula-mula, yang sudah ada sejak abad pertama!
Seperti yang dikatakan oleh Loraine Boettner:
"Roman Catholics often attempts to represent Protestantism as something comparatively new, as having originated with Martin Luther and John Calvin in the sixteenth century. ... Protestantism as it emerged in the 16th century was not the beginning of something new, but a return to Bible Christianity and to the simplicity of the Apostolic church from which the Roman Church had long since departed" (= Orang Roma Katolik sering mencoba untuk menunjukkan / meng-gambarkan Protestanisme sebagai sesuatu yang baru, yang berasalmula dengan Martin Luther dan John Calvin di abad ke 16. ... Protestanisme yang muncul di abad ke 16 bukanlah permulaan dari sesuatu yang baru, tetapi pengembalian pada kekristenan Alkitab dan pada kesederhanaan gereja rasuli dari mana gereja Roma sudah sejak lama menyimpang) - 'Roman Catholicism', hal 1.
Ia melanjutkan lagi:
"Protestantism, therefore, was not a new religion, but a return to the faith of the early church. It was Christianity cleaned up, with all the rubbish that had collected during the Middle Age thrown out" (= Karena itu, protestanisme bukanlah suatu agama baru, tetapi suatu pengembalian pada iman dari gereja mula-mula. Itu adalah kekristenan yang dibersihkan, dengan semua sampah / kotoran yang terkumpul selama abad pertengahan dibuang) - 'Roman Catholicism', hal 12.
Untuk lebih jelasnya, lihatlah gambar di bawah ini (hal 5).
Kristen Protestan
Reformasi
1517
penyimpangan2 sehingga
menimbulkan Roma Katolik
Kristen mula2
III) Perbedaan dasar Katolik - Kristen Protestan:
Sebelum kita membahas perbedaan Roma Katolik dan Kristen Protestan, ada satu hal yang perlu diketahui. Loraine Boettener berkata bahwa ajaran dan praktek Roma Katolik di negara-negara dimana Katolik adalah golongan minoritas berbeda dengan Roma Katolik aslinya, atau dengan Roma Katolik di negara-negara dimana Roma Katolik merupakan golongan mayoritas, karena di negara-negara dimana mereka merupakan golongan minoritas mereka mengadakan kompromi-kompromi untuk menyesuaikan diri. Kalau kita mau melihat Roma Katolik yang sesungguhnya, kita harus melihatnya pada abad pertengahan, atau melihatnya sekarang di negara-negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, Perancis, Irlandia Selatan dan Amerika Latin, dima-na mereka berkuasa dalam politik maupun gereja - 'Roman Catholicism', p 3.
Dengan mengingat satu hal itu, sekarang mari kita melihat perbedaan dasar antara Roma Katolik dengan Kristen Protestan.
A) Pandangan tentang Kitab Suci:
Secara teoritis, baik Roma Katolik maupun Kristen Protestan, memper-cayai bahwa Alkitab adalah Firman Allah, tetapi:
1) Dalam Kristen Protestan:
a) Alkitab adalah untuk semua orang. Orang kristen harus memiliki dan membaca Alkitab dengan rajin dan tekun!
b) Hanya Alkitab yang merupakan dasar hidup, iman dan gereja.
2) Dalam Roma Katolik:
a) Alkitab bukan untuk orang awam (ini bertentangan dengan Maz 1:1-2 Kis 17:11).
Bahwa dalam Roma Katolik orang awam memang dilarang untuk membaca, bahkan untuk memiliki Alkitab terlihat dari:
- Keputusan Council of Valencia pada tahun 1229, yang berbunyi sebagai berikut:
"We prohibit also the permitting of the laity to have the books of the Old and New Testament, unless any one should wish, from a feeling of devotion, to have a psalter or breviary for divine service, or the hours of the blessed Mary. But we strictly forbid them to have the above-mentioned books in the vulgar tongue" (= Kami melarang juga pemberian ijin kepada orang awam untuk memiliki buku-buku Perjanjian Lama dan Baru, kecuali seseorang ingin, dari suatu perasaan untuk berbakti, untuk mempu-nyai kitab Mazmur atau buku doa Roma Katolik untuk kebaktian / pelayanan ilahi, atau saat-saat Maria yang terpuji. Tetapi kami dengan keras melarang mereka untuk memiliki buku-buku tersebut di atas dalam bahasa kasar) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 97.
Dari kata-kata ini jelas bahwa orang awam dilarang memiliki Alkitab. Yang boleh dimiliki hanyalah kitab Mazmur dan buku doa Roma Katolik, dan itupun tidak boleh dalam 'vulgar tongue / bahasa kasar', maksudnya buku-buku itu harus ada dalam bahasa Latin, yang jelas ada di luar jangkauan orang awam.
- Penegasan larangan itu oleh Council of Trent dengan memberi-kan keputusan sebagai berikut:
"In as much as it is manifest, from experience, that if the Holy Bible, translated into the vulgar tongue, be indis-criminately allowed to everyone, the temerity of men will cause more evil than good to arise from it; it is, on this point, reffered to the judgment of the bishops, or inquisitors, who may, by the advice of the priest or confessor, permit the reading of the Bible translated into the vulgar tongue by Catholic authors, to those persons whose faith and piety, they apprehend, will be augmented, and not injured by it; and this permission they must have in writing" [= Karena jelas / nyata, dari pengalaman, bahwa kalau Alkitab Kudus, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa kasar (bahasa biasa yang non Latin) diijinkan secara sembarangan kepada semua orang, kesembronoan manusia akan menyebab-kan lebih banyak kejahatan dari pada kebaikan yang muncul dari padanya; maka pada titik ini diserahkan pada penghakiman dari uskup, atau pejabat Roma Katolik yang meneliti penyesatan, yang oleh nasehat dari imam / pastor atau confessor (= pastor yang diberi otoritas untuk menerima pengakuan dosa), boleh mengijinkan pembacaan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa kasar / biasa oleh pengarang Katolik, ke-pada orang-orang yang iman dan kesalehannya, menu-rut mereka, akan bertambah, dan bukannya dirusak oleh pembacaan itu; dan ijin itu harus mereka miliki secara tertulis] - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 97.
- Kata-kata Liguori sebagai berikut:
"The Scriptures and books of Controversy may not be permitted in the vulgar tongue, as also they cannot be read without permission" (= Kitab Suci dan buku-buku Pertentangan / Perdebatan tidak boleh diijinkan dalam bahasa kasar / biasa, sebagaimana mereka juga tidak boleh dibaca tanpa ijin) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 98.
- Kata-kata Paus Clement XI (tahun 1713) dalam Bull Unigenitus, yang berbunyi:
"We strictly forbid them (the laity) to have the books of the Old and New Testament in the vulgar tongue" [= Kami dengan keras melarang mereka (orang awam) untuk mempunyai buku-buku Perjanjian Lama dan Baru dalam bahasa kasar / biasa] - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 98.
Karena itu, kalau sekarang ada gereja Katolik / pastor yang menganjurkan jemaat biasa membaca Alkitab, sebetulnya itu adalah suatu penyimpangan dari ajaran Roma Katolik yang sesungguhnya!
Kalau ada orang yang berpendapat bahwa itu bukanlah suatu penyimpangan dari Roma Katolik, tetapi memang Roma Kato-liknya sudah diperbaiki / berubah, maka perlu diingat bahwa dalam Roma Katolik, tradisi (termasuk keputusan Council dan Paus) disetingkatkan dengan Firman Tuhan, sehingga tidak bisa berubah / diperbaiki!
Sebetulnya mengapa Roma Katolik melarang jemaatnya memiliki / membaca Alkitab? Loraine Boettner menjawab sebagai berikut:
"Rome simply does not like Bible study either for her priests or for her people, for they find too many things there that are not in accord with their church" [= Roma tidak menyenangi pemahaman Alkitab baik untuk imam / pastor maupun untuk jemaat, karena mereka men-dapatkan terlalu banyak hal di sana (dalam Alkitab) yang tidak cocok / sesuai dengan gereja mereka] - 'Roman Catholicism', hal 67-68.
b) Alkitab ditambahi dengan 'tradisi' (ini bertentangan dengan Ul 4:2 Wah 22:18-19).
1. Yang disebut 'tradisi' dalam ajaran Roma Katolik:
a. 12 kitab-kitab Apocrypha.
Ada 15 kitab Apocrypha yang ditambahkan kepada Alkitab oleh orang Roma Katolik, yaitu:
- Kitab Esdras yang pertama.
- Kitab Esdras yang kedua.
- Tobit.
- Yudit.
- Tambahan-tambahan pada kitab Ester.
- Kebijaksanaan Salomo.
- Yesus bin Sirakh.
- Barukh.
- Surat dari nabi Yeremia.
- Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda.
- Susana.
- Bel dan naga.
- Doa Manasye.
- Kitab Makabe yang pertama.
- Kitab Makabe yang kedua.
Catatan: Dalam Kitab Suci Roma Katolik bahasa Indonesia, no 10,11,12 dijadikan satu kitab, yaitu 'Tambahan-tambahan pada kitab Daniel'.
Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Council of Trent, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
Loraine Boettner mengatakan bahwa:
- Kitab Esdras yang kedua ditolak karena di dalamnya ada penolakan terhadap doa untuk orang mati (2Esdras 7:105) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 80.
- Sebetulnya ada lebih banyak lagi kitab-kitab Apocrypha yang lain, tetapi semua ini tidak pernah dimasukkan ke dalam Kitab Suci Roma Katolik. Mengapa? Loraine Boettner menjawab:
"The Council of Trent evidently selected only books that would help them in their controversy with the Reformers, and none of these gave promise of doing that" (= Council of Trent dengan jelas menyeleksi hanya buku-buku yang akan membantu mereka dalam pertentangan dengan para Reformator, dan tidak ada satupun dari buku-buku itu menjanjikan mereka untuk melakukan hal itu) -'Roman Catholicism', hal 87.
Ke 12 kitab-kitab Apocrypha ini tebalnya lebih kurang dua per tiga Perjanjian Baru. Ini juga disebut dengan istilah Deutrokanonika (= kanon yang kedua).
Kristen Protestan menolak kitab-kitab Apocrypha ini dengan alasan:
- Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan lang-sung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul mengakui otoritas Per-janjian Lama sebagai Firman Allah, dan mengguna-kannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah me-ngutip dari kitab-kitab Apocrypha sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apocrypha itu sudah ada / beredar pada jaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apocrypha itu sebagai Firman Allah!
- Penulis kitab-kitab Apocrypha itu sendiri tidak menunjuk-kan dirinya sebagai penulis Firman Tuhan yang diberi-kan Allah kepada manusia.
Untuk itu bandingkan Wah 22:18-19 yang terletak pada akhir Kitab Suci / Perjanjian Baru dengan 2Makabe 15:37b-38 yang terletak pada akhir dari kitab-kitab Deu-trokanonika:
Wah 22:18-19 berbunyi:
"Aku bersaksi kepada setiap orang yang mende-ngar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada per-kataan-perkataan ini, maka Allah akan menam-bahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perka-taan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab ini".
Dari Wah 22:18-19 ini terlihat dengan jelas otoritas dari tulisan rasul Yohanes ini sebagai Firman Tuhan yang tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi.
Sekarang bandingkan dengan 2Makabe 15:37b-38 yang berbunyi:
"Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang ku-kehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku".
Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menu-liskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata 'kukehendaki' dan 'bagiku'. Bagai-mana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan ke-benaran tulisannya!
Hal yang mirip dengan itu terdapat dalam Kata Pengan-tar dari 'Yesus bin Sirakh' yang mengandung kalimat sebagai berikut:
"Maka para pembaca dipersilakan mengadakan pembacaan karangan ini dengan rela hati dan penuh minat, lagi pula menaruh kemurahan hati, andaikata kami sendiri, meskipun sedapat-dapat-nya mengusahakan terjemahannya, kurang teliti menyalin beberapa kalimat".
- Dalam kitab-kitab Apocrypha itu ada kesalahan-kesa-lahan, seperti:
- Yudit 1:1,7 menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe, sedangkan kita tahu bahwa sebetul-nya Nebukadnezar adalah raja Babilonia (Daniel 4:4-6,30).
- Tobit 5:13 menceritakan tentang seorang malaikat yang bernama Rafael, yang berdusta dengan mem-perkenalkan dirinya sebagai 'Azarya bin Ananias', atau 'Azarya anak laki-laki dari Ananias'.
Bagaimana mungkin kitab-kitab yang mengandung kesalahan seperti itu bisa disetingkatkan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan?
- Dalam kitab-kitab Apocrypha ada doktrin sesat 'salvation by works' (= keselamatan karena perbuatan baik), se-perti:
- Tobit 12:9 berbunyi: "Memang sedekah melepas-kan dari maut dan menghapus setiap dosa".
- Tobit 4:10 berbunyi: "Memang sedekah melepas-kan dari maut dan tidak membiarkan orang ma-suk ke dalam kegelapan".
- Tobit 14:10-11a berbunyi: "Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari jerat maut yang dipasang ba-ginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakan-nya. Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman".
- Sirakh 3:3a berbunyi: "Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa".
Doktrin sesat ini jelas bertentangan dengan Gal 2:16,21 dan Ef 2:8-9.
b. Tulisan bapa-bapa gereja.
Padahal tulisan-tulisan bapa-bapa gereja ini sering bertentangan satu sama lain, dan bahkan sering terjadi bahwa seorang bapa gereja berubah pandangan sehingga ia lalu menuliskan sesuatu yang bertentangan dengan tulisannya yang sebelumnya.
c. Keputusan sidang-sidang gereja (council).
d. Keputusan-keputusan Paus.
Lucunya, ada Paus-paus yang menentang kitab-kitab Apo-crypha, dan dengan demikian mereka bertentangan dengan Council of Trent yang memasukkan kitab-kitab itu ke dalam Alkitab. Loraine Boettner mengutip kata-kata Dr. Harris yang dalam bukunya yang berjudul 'Fundamental Protestant Doctrines', I, hal 4, berkata:
"Pope Gregory the Great declared that First Maccabees, an Apocryphal book, is not canonical. Cardinal Zomenes, in his polygot Bible just before the Council of Trent, excluded the Apocrypha and his work was approved by pope Leo X. Could these popes have been mistaken or not? If they were correct, the decision of the Council of Trent was wrong. If they were wrong where is a pope's infallibility as a teacher of doctrine?" (= Paus Gregory yang Agung menyatakan bahwa kitab Makabe yang pertama, suatu kitab Apocrypha, tidak termasuk kanon. Kardinal Zomenes, dalam Alkitabpolygotnya persis sebelum Council of Trent, mengeluarkan / membuang Apocrypha dan pekerjaannya disetujui oleh Paus Leo X. Apakah Paus-paus ini bisa salah atau tidak? Jika mereka benar, keputusan Council of Trent salah. Jika mereka salah, dimana ketidakbersalahan Paus sebagai seorang pengajar doktrin?) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 83.
2. Sikap Roma Katolik terhadap tradisi-tradisi mereka:
a. Pada tahun 1545, sidang gereja di Trent menyatakan bahwa tradisi mempunyai otoritas yang sama dengan Kitab Suci, tapi harus ditafsirkan oleh gereja.
Ini menyebabkan ajaran mereka tidak bisa berubah. Jadi, kalaupun suatu waktu mereka menyadari bahwa ada kepu-tusan sidang gereja atau keputusan Paus yang ternyata salah, mereka tidak bisa mengubahnya. Bagaimana mung-kin menyatakan sesuatu, yang setingkat otoritasnya dengan Kitab Suci, sebagai sesuatu yang salah dan harus diralat?
b. Pada tahun 1546, sidang gereja di Trent memasukkan 12 kitab-kitab Apocrypha itu ke dalam Kitab Suci (karena itu maka disebut Deutrokanonika (= kanon yang kedua).
c. Tradisi ini digunakan untuk mempertahankan ajaran-ajaran mereka yang tidak punya dasar Kitab Suci (misalnya: api pencucian, keperawanan yang abadi dari Maria, kesucian Maria, kenaikan Maria ke sorga dengan tubuh jasmaninya, dsb).
Dan 'tradisi' ini justru jauh lebih berperan sebagai dasar dari ajaran-ajaran Roma Katolik, bahkan sebagian besar ajaran / dogma Roma Katolik tidak didasarkan pada Kitab Suci, tetapi pada tradisi!
Ini menyebabkan sekalipun Roma Katolik dan Kristen Pro-testan sama-sama menggunakan Kitab Suci, tetapi ajaran-nya bisa sangat berbeda / bertentangan.
3. Apa kata Tuhan Yesus / Kitab Suci tentang tradisi?
a. Dalam Mat 15:3,6,9 Tuhan Yesus menyerang tradisi yang diutamakan lebih dari Firman Allah.
Catatan:
Kata-kata 'adat istiadat nenek moyangmu' (ay 3,6) oleh NASB/NIV diterjemahkan: your tradition (= tradisimu).
b. Dalam Mat 5:21-48 Tuhan Yesus menyerang dan membetul-kan penafsiran ahli-ahli Taurat (yang sudah menjadi tradisi) tentang perjanjian Lama.
c. Dalam Kol 2:8 Paulus memperingatkan untuk tidak menuruti 'ajaran turun-temurun' [NASB: the tradition of men (= tradisi manusia); NIV: human tradition (= tradisi manusia)] yang tidak sesuai dengan Kristus.
4. Orang Kristen Protestan dan tradisi:
Orang Kristen Protestan juga mempunyai dan menggunakan tradisi, seperti:
a. Cerita tentang kematian Petrus.
Cerita ini tidak ada dalam Kitab Suci maupun sejarah, dan hanya diceritakan turun temurun dari mulut ke mulut.
Dikatakan bahwa suatu kali ada penganiayaan dan pem-bunuhan besar-besaran terhadap orang kristen di Yerusa-lem. Petrus lalu lari meninggalkan Yerusalem, tetapi di-tengah perjalanan Yesus menampakkan diri kepadanya dan bertanya: 'Mau kemana Petrus?'. Petrus menjawab: 'Tuhan, semua orang kristen dibunuhi. Kalau aku tidak lari, aku juga akan dibunuh dan gereja akan kehilangan pemimpin'. Yesus lalu berkata: 'Baiklah Petrus, larilah terus. Biarlah Aku yang pergi ke Yerusalem untuk disalibkan untuk keduakalinya'. Mendengar kata-kata Yesus ini Petrus menangis dan ber-kata: 'Tidak Tuhan, sudah cukup Engkau disalibkan satu kali untuk aku, biarlah sekarang aku yang disalibkan untuk engkau!'. Dan ia lari kembali ke Yerusalem, sehingga akhirnya ia ditangkap. Pada waktu ia mau disalibkan, ia berkata: 'Aku tidak layak mati seperti Tuhanku. Salibkan aku dengan kepala di bawah'. Dan akhirnya Petruspun mati syahid dengan disalibkan secara terbalik.
b. 12 Pengakuan Rasuli, Pengakuan Iman Nicea.
Tetapi dalam Kristen Protestan, tradisi-tradisi itu diletakkan di bawah Kitab Suci dan tradisi-tradisi itu tidak dianggap mutlak benar.
B) Pandangan tentang keselamatan:
Kristen Protestan:
Kita selamat hanya karena iman (SOLA FIDE / Only Faith (= hanya iman). Perbuatan baik sedikitpun tidak berperan dalam keselamatan kita!
Roma Katolik:
Seseorang selamat karena iman + perbuatan baik + gereja Roma Katolik.
Mereka memang menekankan perlunya iman. Tetapi bukan hanya iman, karena 'perbuatan baik' dan 'gereja Roma Katolik' punya andil dalam keselamatan seseorang.
Ini terlihat dari:
1) Ajaran Roma Katolik tentang dosa.
Roma Katolik mempercayai adanya venial sin (= dosa ringan) dan mortal sin (= dosa besar / mematikan).
Yang pertama mereka anggap sebagai dosa kecil / remeh, yang tidak diakuipun tidak apa-apa. Yang kedua mereka anggap sebagai dosa yang hebat, yang bisa menjatuhkan seseorang dari kasih karunia Allah / keselamatan.
Dengan demikian, kalau seseorang mau selamat ia harus menghin- dari mortal sin ini, dan ini menunjukkan bahwa usaha / ketaatan / per-buatan baik manusia berperan dalam keselamatan seseorang.
Catatan:
Berdasarkan ayat-ayat seperti Yoh 19:11 Luk 12:47-48 Ibr 10:28-29 maka terlihat dengan jelas akan adanya tingkat dosa. Tetapi Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya:
- Dosa yang begitu remeh sehingga tidak perlu diakui. Semua dosa upahnya adalah maut (Ro 6:23)!
- Dosa yang begitu besar / hebat sehingga menghancurkan kese-lamatan kita! Bdk. Yes 1:18 1Yoh 1:9 1Yoh 2:1-2.
Ingat bahwa dalam Kristen Protestan, kita diselamatkan karena iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan baik kita (Ef 2:8-9). Kalau kita jatuh ke dalam dosa, maka kita perlu ingat bahwa darah Kristus yang dicurahkan di atas kayu salib itu mempunyai kuasa lebih dari cukup untuk mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya!
2) Ajaran Roma Katolik tentang baptisan.
Roma Katolik beranggapan bahwa baptisan betul-betul melahirbaru-kan dan menyelamatkan seseorang, tetapi baptisan itu harus dilakukan di gereja Roma Katolik (ajaran Roma Katolik yang asli tidak mengakui gereja lain sebagai gereja yang benar!).
Ini menunjukkan bahwa usaha manusia (untuk dibaptis) dan juga gereja Katoliknya sendiri (dimana baptisan itu harus dilakukan), mem-punyai andil yang sangat vital / besar dalam keselamatan seseorang.
Untuk mengetahui yang mana yang benar, mari kita melihat pada Kitab Suci yang menunjukkan bahwa:
- Penjahat yang bertobat / beriman pada saat terakhir hidupnya, tetap masuk surga sekalipun tidak pernah pergi ke gereja ataupun di baptis, dan bahkan hampir bisa dikatakan tidak pernah berbuat baik dalam sepanjang hidupnya (Luk 23:43).
- Ef 2:8,9 Gal 2:16 Ro 3:24,27-28 menunjukkan bahwa kita selamat / dibenarkan hanya karena iman.
- Gal 3:2,14 menunjukkan bahwa kita menerima Roh Kudus karena iman.
- Kis 15:1-21 menunjukkan bahwa kita bisa selamat karena iman saja, bukan karena sunat atau ketaatan pada hukum-hukum Musa.
- Dalam Yoh 19:30 Yesus berkata 'sudah selesai'. Ini menunjukkan bahwa keselamatan kita sudah Ia selesaikan, sehingga kita tak perlu berusaha apa-apa lagi! Kita hanya menerima keselamatan itu dengan iman!
KESIMPULAN:
Kita selamat hanya karena iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik hanya merupakan bukti iman, dan kalau perbuatan baik itu tidak ada maka iman itu sebetulnya mati / tidak ada (Yak 2:17,26), tetapi bagaima-napun juga, perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam keselamatan kita.
Illustrasi:
Orang sakit obat sembuh bisa berolah raga.
Orang berdosa iman selamat berbuat baik.
Keterangan:
Orang sakit bisa sembuh karena obat, bukan karena olah raga. Tetapi bukti bahwa ia sudah sembuh adalah bahwa ia bisa berolah raga kem-bali. Kalau seseorang mengaku sudah minum obat dan sudah sembuh tetapi tetap tidak bisa berolahraga, maka itu menunjukkan bahwa pe-ngakuannya dusta. Jadi sebetulnya ia belum sembuh, dan juga belum minum obat.
Analoginya: orang berdosa bisa selamat karena iman kepada Yesus Kristus, bukan karena berbuat baik. Tetapi bukti bahwa ia sudah selamat adalah bahwa ia lalu berbuat baik. Kalau seseorang mengaku sudah beriman kepada Yesus dan sudah selamat tetapi ia sama sekali tidak mempunyai perbuatan baik / ketaatan kepada Tuhan, maka itu me-nunjukkan bahwa pengakuannya itu dusta. Jadi sebetulnya ia belum selamat dan belum percaya dengan sungguh-sungguh.
-AMIN-
sumber
sumber
e-mail us at golgotha_ministry@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar