Ritual atau tradisi ummat Hindu juga dilakukan ummat muslim, apakah kegiatan ritual yang dilakukan ummat muslim itu sesat...??
Kritikan Ust Abdul Aziz tentang ritual sebagian masyarakat Muslimin
Beliau sebagai mantan pemeluk Hindu, beliau telah mempelajari kitabkitab agama Hindu seperti Bagawakita, Yajur Weda, Rik Weda, Sama Weda dll selama kurang lebih 25 tahun dan beliau juga sebagai sarjana agama Hindu. Sehingga tidak diragukan lagi kemampuan beliau dan penguasaan beliau tentang ajaran agama Hindu.
Setelah beliau masuk agama Islam, beliau melihat banyak ritual yang dilakukan masyarakat Islam yang tidak bersumber dari Quran dan Hadits tapi bersumber dari agama Hindu.
Dalam agama Hindu, sapi merupakan binatang yang dihormati, karena sapi (kerbau putih) merupakan kendaraan/tunggangan Bhatara Siwa. Namun pada masyarakat Islam tepatnya di daerah Solo, Jawa Tengah masih ada sapi yang diagungkan dan dianggap membawa berkah bahkan diberi gelar Kiyai. Yaitu sapi yang bergelar kiyai slamet.
Dalam agama Hindu, ketika memberangkatkan mayat ke kuburan, terdapat tradisi brobosan sebagai wujud bakti pada orang tua dan salam pada Dewa di Nirwana. Namun tradisi brobosanpun ternyata masih dilakukan umat Islam, pada hal tersebut tidak ada dasar/dalil dari al-Quran dan Hadits. Selain brobosan, dalam ritual agama Hindu, dalam prosesi pemberangkatan jenazah, juga terdapat ritual memberi payung di atas kepala jenazah dan di atas keranda jenazah dikasih roncean bunga. Dan hal inipun juga dilakukan oleh masyarakat Islam hal tersebut tidak ada dasar/dalil dari al-Quran dan Hadits.
Dalam agama Hindu, mereka meyakini bahwa roh anak yang belum baligh (meninggal saat masih kecil/belum dewasa) pulang ke rumah pada saat hari raya. Sebagai penghormatan orang tua pada roh anak, maka orang tua menyediakan kupat/ketupat. Kupat diapasang di atas pintu, atau di kamar tengah atau dibagi-bagikan kepada tetangga pada saat hari raya. Dan masyarakat Islam ternyata juga melakukan ritual ini pada saat hari raya, tepatnya setelah hari raya Idul Fitri yang biasa disebut hari raya kupatan. Padahal al-Quran dan Hadits tidak memberikan tuntunan tentang kupatan tersebut.
Dalam agama Hindu, dalam prosesi menuju alam Nirwana menghadap Ida Sang Hyang Widi Waksa mencapai alam Moksa, diperintahkan melakukan selametan atau kirim do’a, 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, mendak pisan, mendak pindo dan nyewu. Dan hal inipun juga dilakukan oleh masyarakat Islam hal tersebut tidak ada dasar/dalil dari al-Quran dan Hadits.
Dasar ritual-ritual tersebut tidak terdapat dalam al-Quran maupun as-Sunnah, namun terdapat dalam kitab-kitab maupun buku-buku agama Hindu, seperti;
Kitab Mahanarayana Upanisad,
Buku Ritual-Ritual Hindu dalam budaya Jawa karya Prof. Dr. Ida bedande Adi Suripto, seorang Duta dari agama Hindu untuk negara Nepal, India, Vatikan dan Roma. Dan sekarang menjabat sebagai sekretaris PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Bahkan dalam buku ini juga tedapat tatacara agama Hindu dalam merawat kandungan seorang ibu, seperti nelonan, tingkepan dsb.
Kitab Sama Weda hal. 373 ayat 1,
Kitab Samhita, buku satu, baga satu, hal 20, dalam kitab-kitab itu jelas disebutkan untuk melakukan pengorbanan dan kirim doa pada orang tua pada hari ke 1, ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, mendak pisan, mendak pindo dan nyewu.
Dan masih banyak lagi kritikan yang beliau jelaskan. Yang pada intinya ritual-ritual tersebut adalah ternyata berasal dari agama Hindu dan sama sekali tidak terdapat sandaran dari al Quran maupun as Sunnah.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar