Mungkin hal ini terdengar terlalu kontroversial
dan kadang kala dikaitkan dengan hoax oleh sebagian orang yang merasa
kedudukannya/harga dirinya terancam. Namun, saya menyajikan artikel ini tidak
bertujuan untuk merendahkan kredibelitas saudara-saudara muslim, melainkah hanya
untuk membuka wawasan akan apa yang sebenarnya terjadi.
Kontroversi seputar ka’bah sudah menjadi
perbincangan yang sangat hot di dunia maya. Hal ini pertama kali diungkapkan
oleh seorang pakar sejarah P.N. Oak. Beliau juga telah melempar isu yang tidak kalah
menggegerkannya, yaitu tentang pengungkapan bukti sejarah yang menyatakan bahwa
Taj’mahal pada dasarnya adalah sebuah kuil Hindu untuk dewa Siva (Tejo Himalaya)
yang direbut oleh Mogul.
Kalender lunar (bulan) diperkenalkan kepada Asia Barat selama kekuasaan kerajaan India. Hal ini diindikasikan oleh Bulan Muslim ‘Safar’ yang juga menunjukkan bulan ‘extra’ (Adhik Maas) dalam kalender Hindu. Bulan Muslim ‘Rabi’ berasal dari kata Ravi yg berarti ‘matahari’ karena huruf Sansekerta ‘V’ dirubah Prakrit ‘B’ (Prakrit merupakan versi sehari-hari2 bhs Sansekerta). Tradisi Muslim juga mengenal hari Gyrahwi Sharif tidak lain dari hari Ekadashi dalam tradisi Hindu (Gyrah = elevan atau Gyaarah) yang memiliki arti yang sama.
Di dalam Ka’bah terdapat sebuah inskripsi yg
merujuk kepada raja Vikramaditya yang menyatakan bahwa jazirah Arab
dulu merupakan bagian dari Kerajaan Vikramaditya dari India.
Teks inskripsi Vikramaditya yg ditemukan dlm
piring emas yg digantung didalam kuil Kabah di Mekah ini, dicatat pada halaman
315 dari buku yg berjudul ‘Sayar-ul-Okul’ (kata-kata berkesan)
yg disimpan dalam perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul,
Turki. Sebagian manuskrip tersebut berbunyi sebagai berikut;
“Itrashaphai Santu
Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya Samaini
ElaYundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin
Atadari bilamasa-rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada walador. As
hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk amarena
phaneya jaunabilamary Bikramatum. Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min
howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem”
(Halaman 315 Sayar-ul-okul).
Yang artinya;
“ Beruntunglah
mereka yg lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram. Ia seorang penguasa penuh
kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya. Namun pada saat itu, kami Arab,
tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dalam kenikmatan sensual. Komplotan dan
penyiksaan merajalela … Kami, Arab, terjerat dalam kegelapan (jahiliyah) … namun
pendidikan yang disebar raja Vikramaditya tidak mencampakkan kami, orang-orang
asing.Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami dan mengirimkan ahli-ahli yang
kepintarannya bersinar seperti matahari dari negaranya kenegara kami…”
Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan yang berpusat
di India pada masa lampau juga meliputi jasirah Arab. Bahkan kalau kita kembali
pada penjelasan Veda, dalam hal ini Mahabharata disebutkan bahwa
Bharatavarsa/Kerajaan kekuasaan keluarga Bharata mencakup seluruh dunia.
Menurut sumber dari
http://civilizedproductions.com/television.htm mengatakan bahwa bekas
peninggalan peradaban bangsa Maya di Amerika sangat sesuai dengan peradaban
Veda. Hal ini ditunjukkan dengan kesesuaian sistem pemujaan, sistem astronomi
dan astrologi mereka yang ditulis pada tahun 300-200 SM
Sebuah laporan dari rusia juga menyebutkan bahwa
disana ditemukan sebuah arca yang berbentuk menyerupai babi yang mengangkat
benda bulat di moncongnya. Hal ini sesuai dengan kisah Varaha Avatara yang
berwujud babi besar yang mengangkat bumi kembali ke posisi edarnya.
Di Kuwait juga ditemukan sisa-sisa arkeologi
berupa pelat emas yang bergambarkan Ganesa yang membuktikan bahwa peradaban Veda
pernah ada di sana.
Keberadaan Hindu di Eropa juga diperlihatkan
dengan dikenalnya lambang Hindu, Swastika. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang
Arkeologi Jerman Heinrich Schliemann. Mungkin hal inilah yang juga mempengaruhi
Hitler dalam menyalahgunakan Lambang Swastika sebagai lambang Nazi disamping
penyalah artian arti kata Aryan dalam literatur Veda yang dilakukan oleh Max
Muller.
Kembali ke masalah peninggalan Hindu di Timur
Tengah, di Istanbul, Turki, sebuah perpustakaan termasur bernama
Makhatab-e-Sultania, mempunyai koleksi terbesar literatur Asia Barat. Di bagian
literatur Arab dalam perpustakaan tersebut terdapat sebuah antologi sajak-sajak
Arab purba. Antologi ini disusun pada tahun 1742M dibawah perintah Sultan Salim
yang terbuat dari harir – semacam sutera yg dibuat untuk menulis.
Setiap halaman memiliki pinggiran yang dihias dengan kertas emas. Antologi itu
dikenal dengan nama Sayar-ul-Okul, dan dibagi dalam 3 bagian.
Bagian pertama mengandung biografi dan komposisi
puisi-puisi penyair-penyair Arab Pra-Islam.
Bagian kedua terdiri dari kesaksian dan
sajak-sajak penyair dari periode yg dimulai tidak lama setelah jaman Nabi
Muhamad, sampai akhir dinasti Bani Ummayyah.
Bagian ketiga adalah tentang penyair-penyair
sampai jaman Khalifat Harun-al-Rashid.
Abu Amir Asamai, penyair Arab yg merupakan
penyair utama kesultanan Harun-al-Rashid, menyusun dan mengedit antologi
tersebut. Edisi modern pertama ‘Sayar-ul-Okul’ terbit di Berlin th 1864. Edisi
berikutnya diterbitkan di Beirut th 1932.
Koleksi ini dianggap sbg antologi paling penting
dan berotoritas dlm sajak-sajak Arab purbakala. Koleksi ini menujnukkan adat,
tata tertib dan hiburan Arabia dijaman purbakala. Buku ini juga mengandung
penjabaran deskriptif tentang kuil purbakala Mekah dan bazar tahunan yg dikenal
sbg OKAJ disekitar kuil Ka’abah di Mekah. Ini berarti bahwa berkumpul
di Mekah setiap tahun untuk naik haji berasal dari tradisi pra-Islam.
Bazar OKAJ bukan sebuah karnaval tempat anak muda
bermarijuana. Ini merupakan kesempatan kaum elit dan terpelajar untuk membahas
aspek-aspek sosial, religius, politis, literatur dan aspek2 budaya Hindu lainnya
yg menyebar di Arabia. ‘Sayar-ul-Okul’ mengatakan bahwa kesimpulan yg
didapatkan dari diskusi-diskusi disana diterima dan sangat dihormati diseluruh
Arabia. Mekah, oleh karena itu, mengikuti tradisi Varanasi (dari India).
Kuil-kuil utama di Varanasi (India) dan di Mekah (di Arvasthan/Arabia) adalah
kuil-kuil dewa Siva. Ciri terpenting dari praktek pemujaan Dewa Siva adalah
adanya Lingga yang biasanya berbentuk batu hitam yang lonjong dan Yoni sebagai
alasnya. Batu Hajar Al-Aswat yang disentuh dan dicium saat menunaikan ibadah
haji angat sesuai dengan bentuk lingga Siva, apakah berarti batu itu awalnya
adalah sebuah lingga?
Raja Vikramaditya memang terkenal penyembah Siwa.
Di Ujjain (India), ibukota Vikramaditya, ada kuil dewa Siva yang terkenal
Mahankal, yg diasosiasikan dengan Vikramaditya. Karena menurut manuskrip
Vikramaditya, dialah yang menyebarkan agama Hindu.
Dengan demikian apakah bukti ini dapat
menyimpulkan bahwa raja Vikramaditya adalah pendiri kuil Siva yang sekarang
disebut Ka’bah di Mekah?
Kenyataan lain yang juga perlu digaris bawahi
adalah bahwasanya di India, Dewa Siva sangat diidentikkan dengan simbol bulan
sabit yang terdapat pada ikat rambut beliau. Dan saat ini lambang bulan sabit
juga digunakan untuk lambang Islam, apakah itu artinya Islam lahir dari warisan
pemuja Siva?
Untuk masuk ke wilayah Ka’bah, umat muslim
diwajibkan menggunakan jubah putih yang dililitkan ke seluruh tubuh. Mereka juga
di wajibkan mencukur rambut dan janggut dan dalam keadaan bersih. Jika kita
bandingkan dengan tradisi Hindu dalam memasuki tempat suci, kenapa hal ini
sangat mirip?
Bandingkan gambar pakaian haji dan Hindu di
atas!
Menurut Encyclopaedia Britannica,
Ka’abah pada awalnya memilikii 360 arca yang pada akhirnya hanya disisakan 1
oneh Nabi Muhammad yang dikatakan diletakkan pada salah satu sisi Ka’bah.
Satu lagi tradisi Hindu lainnya adalah sungai
suci Gangga. Menurut tradisi Hindu, air Gangga jatuh bumi setelah disangga oleh
Dewa Siva dan dipandang suci oleh Umat Hindu. Dimanapun ada lambang Siwa,
disanalah ada air Gangga. Didekat Ka’abah juga ditemukan sebuah sumber mata air
suci yg disebut ZAMZAM yang sampai sekarang dianggap suci.
Tidak terdapat masjid atau tempat ibadah muslim
yang dikelilingi sebanyak 7 kali (Tawaf) selain dari Ka’bah. Hal ini sangat
sesui dengan kebiasaan umat Hindu mengelilingi tempat ibadah/kuil/pura yang
disebut Parikram atau di Bali di sebut Maider-ider. Kenapa tradisi ini dapat
dilakukan di Ka’bah? Apakah hal ini bukan merupakan bukti yang menguatkan bahwa
Tradisi Hindu masih terpelihara disana?
Jangan kaget bahwa kata ‘ALLAH’ sendiri
disinyalir berasal dari bahasa Sansekerta. Allah, Akka dan Amba adalah sinomin.
Nama-nama ini berarti : DEWI atau Ibu. Istilah ‘ALLAH’ merupakan bagian dari
stanza-stanza Sansekerta yang memuja Dewi Durga, yang juga dikenal sebagai
Bhavani, Chandi dan Mahishasurmardini yang merupakan Sakti Dewa Siva.
Coba anda perhatikan gambar berikut ini;
Lambang Hindu : ‘OM’= angka 786-nya
Arab Semua Quran Arab dicetak dengan angka-angka misterius 786. Tidak
ada pakar Muslim yang tahu mengapa angka 786 dianggap sebagai angka-angka suci.
Namun angka “misterius” ini tidak lain dari huruf suci Veda
“OM“. Jika simbol kata “Om” tersebut diputar 90 derajat, kenapa
sangat mirip dengan gambar disebelahnya “Allah”?
Kalender lunar (bulan) diperkenalkan kepada Asia Barat selama kekuasaan kerajaan India. Hal ini diindikasikan oleh Bulan Muslim ‘Safar’ yang juga menunjukkan bulan ‘extra’ (Adhik Maas) dalam kalender Hindu. Bulan Muslim ‘Rabi’ berasal dari kata Ravi yg berarti ‘matahari’ karena huruf Sansekerta ‘V’ dirubah Prakrit ‘B’ (Prakrit merupakan versi sehari-hari2 bhs Sansekerta). Tradisi Muslim juga mengenal hari Gyrahwi Sharif tidak lain dari hari Ekadashi dalam tradisi Hindu (Gyrah = elevan atau Gyaarah) yang memiliki arti yang sama.
Beberapa sumber juga mengatakan bahwa penjelasan
Veda tentang bulan dan konstelasi bintang berbeda-beda serupa dengan Qur’an
Surat 2, stanza 113, 114, 115, and 158, 189, Surat 9, stanza 37 & Surat 10,
stanza 4 – 7.
Pembacaan Namaz (solat) lima kali sehari juga
dikatakan berasal dari tradisi Veda bernama Panchmahayagna (5 kali
pemujaan) yang merupakan kewajiban bagi setiap mahluk Hindu, terutama di India.
Uniknya, tradisi Muslim dalam membersihkan 5 bagian tubuh sebelum solat ternyata
juga sama dengan aturan ‘Sharir Shydhyartham Panchanga Nyasah’ dalam
tradisi Veda.
4 bulan dalam setahun dianggap suci dalam tradisi
Islam dimana tidak diperboleh menjarah atau melakukan tindakan kriminal selama
periode tersebut juga serupa dengan tradisi Chaturmasa dalam Veda,
yaitu periode 4 bulan puasa dan menghindari tindakanan-tindakan tidak suci.
Beberapa pakar mengatakan bahwa
Shabibarat adalah kata lain bagi Shiva Vrat dan Shiva
Ratra. Karena Ka’abah merupakan pusat penting dewa Siva, festival
Shivaratri biasanya dirayakan disana dengan besar-besaran. Festival
itulah yg disebut dalam Islam sebagai Shabibarat.
Menurut sejumlah encyclopaedia, memang
ada ukiran-ukiran tulisan didalam dinding Kabah. Namun para pakar sejarah tidak
pernah diijinkan masuk. Tetapi menurut pengakuan beberapa orang, ada tulisan
dalam huruf Sansekerta dan bahkan ada stanza-stanza dari Bhagavad Gita.
Hubungan antara jaman awal Islam dengan Hindu
(India) juga diperkuat oleh keterangan Ahadis Imam Bukhari bahwa suku
India, Jat, berada di Arabia jauh sebelum jamannya Mohamad. Bahkan ketika Aisha
jatuh sakit, keponakannya memanggil tabib Ayurvedic (kedokteran Veda),\ dari
suku Jat untuk menyembuhkannya. Bukhari juga berbicara tentamg seorang raja
India yang mengirim satu jahe yg direndam cuka (ginger pickles) kepada
nabi. Ini menunjukkan bahwa raja Jat India menguasai kawasan didekatnya sehingga
mampu memberikan hadiah yang begitu sepele seperti satu pot jahe. Nabi malah
dikatakan sangat menyukainya. Ini bukti bahwa selama jaman Mohamad, orang India
berpengaruh di Arabia.
Paman Muhamad sendiri,
Umar-Bin-E-Hassham merupakan pengikut Dewa Siva yang
taat. Ia menolak untuk masuk Islam dan akhirnya tewas oleh seorang pengikut Nabi
yang fanatik. Ia seorang penyair terkenal dan menulis sajak-sajak memuja dewa
Siva. Salah satunya bisa ditemukan dlm hal 235 Sayar-Ul-Okul :
“Kafavomal fikra min ulumin
Tab asayru
Kaluwan amataul Hawa was
Tajakhru
We Tajakhayroba udan
Kalalwade-E Liboawa
Walukayanay jatally, hay
Yauma Tab asayru
Wa Abalolha ajabu armeeman
MAHADEVA
Manojail ilamuddin minhum wa
sayattaru
Wa Sahabi Kay-yam feema-Kamil
MINDAY Yauman
Wa Yakulum no latabahan
foeennak Tawjjaru
Massayaray akhalakan hasanan
Kullahum
Najumum aja- at Summa gabul
HINDU”
Artinya;
“Seorang lelaki yan
menghabiskan seluruh hidupnya dalam dosa dan imoralitas dan membuang hidupnya
demi nafsu dan kemarahan Jika ia bertobat dan ingin kembali kepada moralitas,
adakah pengampunan tersedia baginya ? Bahkan jika hanya sekali ia dengan tulus
memuja Mahadewa (dewa Siwa), ia bisa mencapai posisi tertinggi dalam jalan
kebenaran Ya Tuhan! Cabut seluruh nyawa saya dan sebagai gantinya, berikan saya
satu hari saja untuk tinggal di Hind (india) sebagai lelaki yg menjadi bebas
secara spiritual saat mencapai tanah suci Dengan ziarah ke Hind, seorang lelaki
bisa mencapai kebijakan untuk melakukan tindakan mulia dan mendapat kehormatan
menyentuh guru-guru Hindu yg mulia“
Nama keluarga Muhamad adalah Quraish
(Kureshi), yg sebenarnya adalah bagian dari dinasti India,
Kuru, yang pernah menguasai India. Diketahui bahwa paman Muhammad, Umar
bin-e Hassham dan keluarganya terlibat dalam pembuatan Arca dan Kuil
(Ka’abah).
Encyclopedia Islamia menjelaskan bahwa
kakek Muhamad dan paman-pamannya mewariskan jabatan sebagai pendeta-pendeta
Ka’abah yang menyimpan 360 arca dewa-dewi. Muhamad menghancurkan semua arca
tersebut kecuali arca yang paling utama, yaitu Batu Hitam [Hajar Al
Aswad] / Siva Linggam / Lingga Siva. Dewa Siva dulu pernah dipuja Arab. Dan
paman Muhamad juga seorang pemuja Siva dan menulis berbagai puisi memuja dewa
Siva.
Melihat bukti-bukti di atas, mungkinkah Ka’bah
pada awalnya adalah sebuah Kuil Siva (Hindu)?
Sumber:
- http://faithfreedom.org
- http://answers.yahoo.com
- http://www.hindu-forum.org
- http://www.archaeologyonline.net
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar