Allah Merencanakan agar Manusia Menikmati Kehidupan dalam Firdaus
”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”—KEJADIAN 2:15.
MAKSUD-TUJUAN sang Pencipta yang semula, dan yang masih tetap merupakan
maksud-tujuan Dia, ialah agar umat manusia yang taat menikmati kehidupan tanpa
usia tua, terus melimpah dengan kekuatan masa muda, bebas dari semua kebosanan,
selalu mempunyai tujuan yang berguna untuk dipenuhi, kehidupan saling mengasihi
dan dikasihi dengan cara yang tulus dan tidak mementingkan diri, dengan
sempurna—dalam suatu firdaus!—Kejadian 2:8; bandingkan Lukas 23:42, 43 (NW).
2 Untuk melihat hal itu dengan jelas, bayangkan Adam yang
berjanggut ketika ia pertama kali mendapatkan kesadaran, ketika ia memeriksa
tubuhnya sendiri dan semua hal yang ia lihat dan dengar dan rasakan di
sekelilingnya, ketika ia pertama menyadari bahwa ia hidup! Ini terjadi
kira-kira 6.000 tahun yang lalu, pada tahun 4.026 sebelum Tarikh
Masehi, menurut perhitungan waktu yang diuraikan dalam Kitab Suci. Ini terjadi
di negeri yang dewasa ini dikenal sebagai Turki, atau bagian barat daya dari
apa yang sekarang disebut Asia, kira-kira di sekitar Sungai Efrat dan Sungai
Tigris, jadi di belahan utara dari bola bumi kita ini. Waktunya adalah
kira-kira tanggal 1 Oktober, karena kalender-kalender manusia yang paling
kuno mulai menghitung waktu sekitar tanggal itu.
3 Manusia pertama sejak awal kehidupannya adalah seorang dewasa
penuh, diciptakan dengan sempurna, mempunyai kesehatan yang sempurna, bermoral
sempurna. Nama yang berulang kali diberikan kepadanya dalam catatan Alkitab
menarik perhatian kita kepada zat-zat yang digunakan untuk membentuknya. Nama
dia ’A·dham′. Bumi, atau tanah, yang menjadi bahan utama untuk
menciptakan dia disebut ’adha·mah′. Jadi namanya dengan tepat dapat
dikatakan berarti ”Manusia Yang Berasal Dari Tanah.” Ini kemudian menjadi nama
pribadi dari manusia pertama ini—Adam. Betapa menggetarkan perasaan Adam ketika
ia mulai hidup, menjadi suatu pribadi yang sadar dan cerdas!
4 Pada waktu manusia pertama ini, Adam, mulai hidup, mulai
bangun kepada keadaan sadar yang disertai kemampuan berpikir, dan membuka
matanya, ia tidak mendapati dirinya berbaring di dada yang berambut lebat,
dipeluk oleh tangan-tangan yang kuat dan panjang dari suatu makhluk betina yang
mirip kera, menempel kepada makhluk itu dan melihat ke dalam matanya dan dengan
kasih sayang menyebutnya Ibu. Manusia pertama, Adam, tidak mengalami hal yang
aneh itu ketika sadar bahwa ia hidup. Ia tidak merasa mempunyai hubungan
jasmani dengan seekor kera, tidak juga ketika belakangan ia pertama kali
melihat seekor kera. Pada hari ia diciptakan, tidak ada sesuatu pun yang
menyatakan bahwa ia adalah keturunan atau saudara jauh, dari seekor kera atau
makhluk seperti itu. Namun, apakah manusia pertama, Adam, akan dibiarkan terus
bertanya-tanya berkenaan bagaimana ia ada? Tidak.
5 Memang, ia mungkin saja merasa heran bagaimana semua perkara
yang indah yang ia pandang mulai ada. Ia mendapati dirinya dalam sebuah kebun
yang bagaikan taman, suatu firdaus yang tidak ia rancang, buat, dan atur
sendiri. Bagaimana semua ini terjadi? Sebagai manusia yang mempunyai kecerdasan
sempurna dan memiliki akal sehat, ia tentu ingin tahu. Ia tidak mempunyai
pengalaman apa-apa sebelumnya. Ia tahu bahwa ia bukan seorang manusia yang ia
ciptakan sendiri dan berkembang sendiri. Bahwa ia tidak muncul kepada keadaan
ini dengan jerih payahnya sendiri.—Bandingkan Mazmur 100:3, NW; 139:14.
6 Manusia pertama, Adam, mungkin mula-mula terlalu gembira
dengan pengalaman baru ini, hidup dengan senang dalam suatu tempat tinggal yang
sempurna di bumi, sehingga untuk sementara lupa memikirkan dari mana ia berasal
dan mengapa. Ia pasti tergerak untuk mencetuskan seruan-seruan bahagia. Ia
mendapati kata-kata keluar dari mulutnya. Ia mendengar dirinya sendiri
berbicara dalam bahasa manusia, membuat pernyataan-pernyataan tentang
perkara-perkara indah yang ia lihat dan dengar. Betapa menyenangkan hidup di
sini dalam taman Firdaus ini! Namun seraya ia dengan penuh sukacita memuaskan
diri dengan keterangan dari semua yang ia lihat, dengar, cium, dan rasakan, ia
pasti didorong untuk berpikir. Bagi kita, andai kata kita ditempatkan dalam
keadaan seperti Adam, pasti ada suatu misteri mengenai segala sesuatunya, suatu
misteri yang tidak dapat kita pecahkan sendiri.
Tidak Ada Misteri berkenaan Keberadaan Manusia
7 Manusia pertama Adam tidak bingung untuk waktu yang lama
tentang mengapa ia hidup dan berada seorang diri, tanpa pribadi lain seperti
dia dalam taman Firdaus. Ia mendengar suara, seseorang sedang berbicara. Ia
memahaminya. Namun di manakah pribadi yang berbicara itu? Manusia itu tidak
melihat siapapun berbicara. Suara tersebut datang dari alam yang tidak
kelihatan, dan ditujukan kepadanya. Ini adalah suara sang Pembuat manusia,
Penciptanya! Dan manusia itu dapat menjawab Dia dengan tutur kata yang sama. Ia
mendapati dirinya berbicara dengan Allah, sang Pencipta. Manusia itu tidak
membutuhkan pesawat penerima suara yang modern dan ilmiah untuk mendengar suara
ilahi itu. Allah bercakap-cakap kepadanya melalui sarana komunikasi yang jauh
lebih canggih daripada alat elektronik.
8 Sekarang pria itu mengetahui bahwa ia tidak sendirian, dan
karena itu ia pasti merasa lebih baik. Pikirannya penuh dengan
pertanyaan-pertanyaan. Ia dapat menanyakan itu kepada Pribadi yang tidak
kelihatan yang berbicara kepadanya. Siapakah yang menciptakan dia dan taman
kesenangan di sekelilingnya? Mengapa ia ditempatkan di sana, dan apa yang harus
ia lakukan dengan kehidupannya? Apakah ada suatu tujuan tertentu dalam
kehidupan? Perhatian dan minat kebapaan diperlihatkan kepada manusia pertama
ini, Adam, karena pertanyaan-pertanyaannya semua dijawab sehingga memuaskan pikirannya
yang serba ingin tahu. Betapa menyenangkan hal ini bagi Penciptanya,
Pemberi-Kehidupannya, Bapa surgawinya, mendengar manusia mulai berbicara dan
mengucapkan kata-katanya yang pertama! Betapa bahagia perasaan sang Bapa
surgawi menjawab pertanyaan-pertanyaan putra-Nya di bumi dan dengan demikian
tidak membiarkan kehidupannya terselubung dalam misteri! Pertanyaan pertama
yang wajar, ”Bagaimana saya ada?” dengan senang hati dijawab oleh Bapa surgawi
dan dengan demikian Ia mengakui bahwa manusia pertama ini adalah putra-Nya. Ia
adalah ”anak Allah.” (Lukas 3:38) Yehuwa memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa
dari manusia pertama ini, Adam. Berikut ini adalah inti jawaban yang Adam
terima dari Bapa surgawinya atas pertanyaannya, yang kemudian ia teruskan kepada
keturunannya:
9 ”[Yehuwa] Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk [”nyawa,” Klinkert] yang hidup. Selanjutnya [Yehuwa] Allah
membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkanNya manusia yang
dibentukNya itu. Lalu [Yehuwa] Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari
bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di
tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dari situ
sungai itu terbagi menjadi empat cabang.”—Kejadian 2:7-10.
10 Pikiran Adam yang cerdas dan segar dengan penuh semangat
menyerap keterangan yang memuaskan ini. Sekarang ia tahu bahwa ia tidak berasal
dari alam yang tidak kelihatan itu dari mana Pencipta dan Pembentuknya
berbicara. Sebaliknya, ia dibentuk dari bumi tempat ia tinggal dan dengan
demikian bersifat jasmani. Pemberi-Kehidupan dan Bapanya adalah Allah Yehuwa.
Ia adalah ”nyawa yang hidup.” Karena menerima kehidupannya dari Allah Yehuwa,
ia adalah ”anak Allah.” Pohon-pohon di sekelilingnya di taman Eden menghasilkan
buah-buah yang baik untuk makanan, untuk ia makan sehingga tetap hidup sebagai
jiwa yang hidup. Namun, mengapa ia harus tetap hidup, dan mengapa ia
ditempatkan di bumi, dalam taman Eden ini? Ia adalah seorang pria yang telah
dibentuk dengan lengkap, yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan fisik, dan ia
layak mengetahuinya. Jika tidak, bagaimana ia dapat memenuhi tujuannya dalam
kehidupan dan dengan demikian menyenangkan Pencipta dan Bapanya dengan
melakukan kehendak ilahi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang baik ini
diberikan dalam keterangan berikut:
11 ”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya
dalam taman Eden untuk mengusahakannya dan memelihara taman itu. Lalu [Yehuwa]
Allah memberi perintah ini kepada manusia, ’Semua pohon dalam taman ini boleh
kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan
jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya,
pastilah engkau mati.’”—Kejadian 2:15-17.
12 Adam pasti berterima kasih kepada Penciptanya karena telah
diberi sesuatu yang akan membuatnya sibuk dengan hal-hal yang berguna dalam taman
Eden yang indah ini. Sekarang ia mengetahui kehendak Penciptanya, dan ia dapat
melakukan sesuatu di bumi bagi Dia. Ia sekarang mempunyai tanggung jawab yang
diberikan kepadanya, yaitu mengusahakan taman Eden dan memeliharanya, dan itu
adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Dengan melakukan itu, ia
dapat menjaga agar taman Eden tampak demikian rupa sehingga mendatangkan
kemuliaan dan pujian bagi Pembuatnya, Allah Yehuwa. Bilamana Adam merasa lapar
setelah bekerja, ia dapat makan sampai kenyang dari pohon-pohon di taman itu.
Dengan demikian ia dapat memulihkan tenaganya dan meneruskan kehidupannya yang
bahagia untuk waktu yang tidak ditentukan—tanpa akhir.—Bandingkan Pengkhotbah
3:10-13.
Prospek Kehidupan Kekal
13 Kekal selama-lamanya? Hal ini pasti merupakan gagasan yang
hampir tidak dapat dipercaya bagi manusia yang sempurna itu! Namun mengapa
tidak? Penciptanya tidak mempunyai pikiran atau maksud untuk menghancurkan
taman Eden yang telah dirancang dengan sangat bagus. Mengapa Ia akan menghancurkan
karya-Nya sendiri, yang begitu baik dan benar-benar mengungkapkan kreatifitas
artistik-Nya? Tentu Ia tidak berniat untuk melakukan itu. (Yesaya 45:18) Dan
karena taman yang tiada bandingnya ini harus tetap diusahakan, dibutuhkan
seorang pemelihara dan pengelola seperti manusia pertama, Adam. Dan jika
manusia pengelola itu tidak pernah makan dari buah ”pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat” yang terlarang itu, ia tidak pernah akan mati. Ya,
manusia yang sempurna itu dapat hidup untuk selama-lamanya!
14 Kehidupan kekal dalam Firdaus taman Eden itu terbentang di
hadapan Adam! Taman ini dapat dinikmati untuk selama-lamanya, asalkan ia tetap
taat secara sempurna kepada Penciptanya, tidak pernah makan buah yang dilarang
oleh Pencipta manusia. Keinginan Dia ialah agar manusia sempurna itu tetap taat
dan tetap hidup selama-lamanya. Larangan memakan buah ”pohon pengetahuan
tentang yang baik dan jahat itu” bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Ini hanya
ujian terhadap ketaatan yang sempurna dari manusia terhadap Bapanya. Ini
merupakan kesempatan bagi manusia untuk membuktikan kasihnya kepada Allah,
Penciptanya.
15 Dengan perasaan sungguh-sungguh puas bahwa ia bukan sekedar
hasil perbuatan yang tidak sengaja melainkan mempunyai Bapa surgawi, dengan
pikirannya diterangi dengan pengertian tentang tujuannya dalam kehidupan,
dengan harapan untuk hidup kekal dalam Firdaus, manusia sempurna memandang ke
muka ke suatu masa depan yang cerah. Ia makan dari pohon-pohon yang baik untuk
dimakan, dan menghindari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”
Ia mengharapkan hal-hal yang baik di tangan Penciptanya. Pekerjaan mengusahakan
taman Eden, bukan merusaknya, adalah baik, dan manusia sempurna itu bekerja.
Tidak Merasa Wajib Menjelaskan Segala Perkara
16 Siang hari mulai berganti dengan malam seraya benda penerang
yang besar dari siang, yang dapat ia lihat dalam gerakannya melintasi angkasa,
terbenam. Kegelapan muncul, malam hari dan bulan mulai dapat ia lihat. Hal ini
tidak memenuhinya dengan perasaan takut; ini adalah benda penerang yang lebih
kecil yang menguasai malam hari. (Kejadian 1:14-18) Mungkin kunang-kunang
beterbangan di taman, cahaya mereka yang dingin berkelap-kelip bagaikan
lampu-lampu kecil.
17 Ketika malam tiba dan hari mulai gelap, ia merasakan
kebutuhan untuk tidur seperti binatang-binatang di sekelilingnya. Pada waktu
bangun ia mulai merasa lapar, dan ia makan dengan selera yang baik dari buah
pohon yang diizinkan, yaitu dapat kita katakan sebagai makan pagi.
18 Dengan tenaga yang dipulihkan dan benar-benar disegarkan oleh
istirahat malam hari, ia mengalihkan perhatiannya kepada pekerjaan untuk hari
itu. Pada waktu memandang segala sesuatu yang hijau di sekelilingnya, ia tidak
merasa bahwa ia harus menggali misteri dari apa yang ribuan tahun kemudian
disebut orang fotosintesis, proses yang mengandung teka-teki, yaitu zat hijau
daun dari tanam-tanaman, khlorofilnya, memanfaatkan energi sinar matahari untuk
menghasilkan bahan makanan bagi manusia dan hewan, dan pada waktu yang sama
mengambil karbon dioksida yang dihembuskan manusia dan hewan dan mengeluarkan
oksigen untuk mereka hirup. Seorang manusia bisa saja menyebut ini suatu
misteri, tetapi Adam tidak perlu memecahkannya. Itu adalah mukjizat dari
Pencipta manusia. Ia memahami dan membuatnya bekerja demi manfaat
makhluk-makhluk hidup di bumi. Jadi, bagi kecerdasan yang sempurna dari manusia
pertama sudah cukup bahwa Allah sang Pencipta membuat hal-hal tumbuh, dan
pekerjaan yang manusia dapatkan dari Allah ialah memelihara bentuk-bentuk kehidupan
tanaman yang tumbuh di taman Eden.—Lihat Kejadian 1:12.
Seorang Diri—Namun Tidak Kurang Sukacita
19 Pendidikan manusia di tangan Bapa surgawinya belum selesai.
Ia mengurus taman Eden tanpa ada makhluk lain yang seperti dia di atas bumi
yang ikut bersamanya atau membantu dia. Ia seorang diri, dalam hal tidak ada
makhluk lain yang sejenis dengan dia, yaitu manusia. Ia tidak pergi mencari
seseorang seperti dia untuk dijadikan teman. Ia tidak meminta kepada Allah Bapa
surgawinya untuk memberinya saudara laki-laki atau perempuan. Kesendiriannya
sebagai manusia tidak membuat dia akhirnya menjadi gila dan merampas sukacita
dari kehidupan dan pekerjaan. Ia memiliki Allah sebagai teman.—Bandingkan
Mazmur 27:4.
20 Adam tahu bahwa ia dan pekerjaannya diawasi oleh Bapa
surgawinya. Puncak sukacitanya ialah menyenangkan Allah dan Penciptanya, yang
kehebatan-Nya dinyatakan oleh semua karya ciptaan yang indah di sekeliling
manusia. (Bandingkan Wahyu 15:3.) Terus menempuh jalan hidup ini bukan
merupakan hal yang menyusahkan dan melelahkan atau tugas yang membosankan bagi
manusia yang seimbang secara sempurna ini yang dapat bercakap-cakap dengan
Allahnya. Dan Allah menaruh di hadapan Adam pekerjaan yang menarik, pekerjaan
yang mengasyikkan yang akan memberinya kepuasan dan kesenangan yang besar.
Artikel berikut akan menceritakan lebih banyak tentang berkat-berkat dan
prospek Firdaus yang Adam nikmati dalam tangan Penciptanya yang pengasih.
[Catatan Kaki]
Ini adalah kata-kata dalam bahasa asli dari kisah penciptaan dalam Kitab
Suci.—Kejadian 1:26, catatan kaki New World Translation Reference
Bible.
Nabi Musa, yang mencatat keterangan dalam buku Kejadian pada abad ke-16
sebelum Tarikh Masehi, menambahkan keterangan berikut mengenai sungai yang
mengalir dari Eden, menurut pengetahuan pada zamannya:
”Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh
tanah Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar
bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang
mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris,
yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah
Efrat.”—Kejadian 2:11-14.
Bagaimana Jawaban Saudara?
□ Mengapa Adam tidak merasa bingung untuk waktu yang lama
berkenaan keberadaannya?
□ Pekerjaan apa yang Allah berikan kepada Adam, dan bagaimana
sambutannya?
□ Prospek apa yang dimiliki manusia yang sempurna, dan mengapa?
□ Mengapa Adam tidak membuat pemecahan misteri-misteri menjadi
pekerjaan seumur hidup?
□ Mengapa
kesendirian Adam sebagai manusia tidak merampas sukacita dari kehidupannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar