Rabu, 27 Maret 2013

Allah Merencanakan agar Manusia Menikmati Kehidupan dalam Firdaus


 


”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”—KEJADIAN 2:15.


MAKSUD-TUJUAN sang Pencipta yang semula, dan yang masih tetap merupakan maksud-tujuan Dia, ialah agar umat manusia yang taat menikmati kehidupan tanpa usia tua, terus melimpah dengan kekuatan masa muda, bebas dari semua kebosanan, selalu mempunyai tujuan yang berguna untuk dipenuhi, kehidupan saling mengasihi dan dikasihi dengan cara yang tulus dan tidak mementingkan diri, dengan sempurna—dalam suatu firdaus!—Kejadian 2:8; bandingkan Lukas 23:42, 43 (NW).


2 Untuk melihat hal itu dengan jelas, bayangkan Adam yang berjanggut ketika ia pertama kali mendapatkan kesadaran, ketika ia memeriksa tubuhnya sendiri dan semua hal yang ia lihat dan dengar dan rasakan di sekelilingnya, ketika ia pertama menyadari bahwa ia hidup! Ini terjadi kira-kira 6.000 tahun yang lalu, pada tahun 4.026 sebelum Tarikh Masehi, menurut perhitungan waktu yang diuraikan dalam Kitab Suci. Ini terjadi di negeri yang dewasa ini dikenal sebagai Turki, atau bagian barat daya dari apa yang sekarang disebut Asia, kira-kira di sekitar Sungai Efrat dan Sungai Tigris, jadi di belahan utara dari bola bumi kita ini. Waktunya adalah kira-kira tanggal 1 Oktober, karena kalender-kalender manusia yang paling kuno mulai menghitung waktu sekitar tanggal itu.


3 Manusia pertama sejak awal kehidupannya adalah seorang dewasa penuh, diciptakan dengan sempurna, mempunyai kesehatan yang sempurna, bermoral sempurna. Nama yang berulang kali diberikan kepadanya dalam catatan Alkitab menarik perhatian kita kepada zat-zat yang digunakan untuk membentuknya. Nama dia ’A·dham′. Bumi, atau tanah, yang menjadi bahan utama untuk menciptakan dia disebut ’adha·mah′. Jadi namanya dengan tepat dapat dikatakan berarti ”Manusia Yang Berasal Dari Tanah.” Ini kemudian menjadi nama pribadi dari manusia pertama ini—Adam. Betapa menggetarkan perasaan Adam ketika ia mulai hidup, menjadi suatu pribadi yang sadar dan cerdas!


4 Pada waktu manusia pertama ini, Adam, mulai hidup, mulai bangun kepada keadaan sadar yang disertai kemampuan berpikir, dan membuka matanya, ia tidak mendapati dirinya berbaring di dada yang berambut lebat, dipeluk oleh tangan-tangan yang kuat dan panjang dari suatu makhluk betina yang mirip kera, menempel kepada makhluk itu dan melihat ke dalam matanya dan dengan kasih sayang menyebutnya Ibu. Manusia pertama, Adam, tidak mengalami hal yang aneh itu ketika sadar bahwa ia hidup. Ia tidak merasa mempunyai hubungan jasmani dengan seekor kera, tidak juga ketika belakangan ia pertama kali melihat seekor kera. Pada hari ia diciptakan, tidak ada sesuatu pun yang menyatakan bahwa ia adalah keturunan atau saudara jauh, dari seekor kera atau makhluk seperti itu. Namun, apakah manusia pertama, Adam, akan dibiarkan terus bertanya-tanya berkenaan bagaimana ia ada? Tidak.


5 Memang, ia mungkin saja merasa heran bagaimana semua perkara yang indah yang ia pandang mulai ada. Ia mendapati dirinya dalam sebuah kebun yang bagaikan taman, suatu firdaus yang tidak ia rancang, buat, dan atur sendiri. Bagaimana semua ini terjadi? Sebagai manusia yang mempunyai kecerdasan sempurna dan memiliki akal sehat, ia tentu ingin tahu. Ia tidak mempunyai pengalaman apa-apa sebelumnya. Ia tahu bahwa ia bukan seorang manusia yang ia ciptakan sendiri dan berkembang sendiri. Bahwa ia tidak muncul kepada keadaan ini dengan jerih payahnya sendiri.—Bandingkan Mazmur 100:3, NW; 139:14.


6 Manusia pertama, Adam, mungkin mula-mula terlalu gembira dengan pengalaman baru ini, hidup dengan senang dalam suatu tempat tinggal yang sempurna di bumi, sehingga untuk sementara lupa memikirkan dari mana ia berasal dan mengapa. Ia pasti tergerak untuk mencetuskan seruan-seruan bahagia. Ia mendapati kata-kata keluar dari mulutnya. Ia mendengar dirinya sendiri berbicara dalam bahasa manusia, membuat pernyataan-pernyataan tentang perkara-perkara indah yang ia lihat dan dengar. Betapa menyenangkan hidup di sini dalam taman Firdaus ini! Namun seraya ia dengan penuh sukacita memuaskan diri dengan keterangan dari semua yang ia lihat, dengar, cium, dan rasakan, ia pasti didorong untuk berpikir. Bagi kita, andai kata kita ditempatkan dalam keadaan seperti Adam, pasti ada suatu misteri mengenai segala sesuatunya, suatu misteri yang tidak dapat kita pecahkan sendiri.


Tidak Ada Misteri berkenaan Keberadaan Manusia


7 Manusia pertama Adam tidak bingung untuk waktu yang lama tentang mengapa ia hidup dan berada seorang diri, tanpa pribadi lain seperti dia dalam taman Firdaus. Ia mendengar suara, seseorang sedang berbicara. Ia memahaminya. Namun di manakah pribadi yang berbicara itu? Manusia itu tidak melihat siapapun berbicara. Suara tersebut datang dari alam yang tidak kelihatan, dan ditujukan kepadanya. Ini adalah suara sang Pembuat manusia, Penciptanya! Dan manusia itu dapat menjawab Dia dengan tutur kata yang sama. Ia mendapati dirinya berbicara dengan Allah, sang Pencipta. Manusia itu tidak membutuhkan pesawat penerima suara yang modern dan ilmiah untuk mendengar suara ilahi itu. Allah bercakap-cakap kepadanya melalui sarana komunikasi yang jauh lebih canggih daripada alat elektronik.


8 Sekarang pria itu mengetahui bahwa ia tidak sendirian, dan karena itu ia pasti merasa lebih baik. Pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan. Ia dapat menanyakan itu kepada Pribadi yang tidak kelihatan yang berbicara kepadanya. Siapakah yang menciptakan dia dan taman kesenangan di sekelilingnya? Mengapa ia ditempatkan di sana, dan apa yang harus ia lakukan dengan kehidupannya? Apakah ada suatu tujuan tertentu dalam kehidupan? Perhatian dan minat kebapaan diperlihatkan kepada manusia pertama ini, Adam, karena pertanyaan-pertanyaannya semua dijawab sehingga memuaskan pikirannya yang serba ingin tahu. Betapa menyenangkan hal ini bagi Penciptanya, Pemberi-Kehidupannya, Bapa surgawinya, mendengar manusia mulai berbicara dan mengucapkan kata-katanya yang pertama! Betapa bahagia perasaan sang Bapa surgawi menjawab pertanyaan-pertanyaan putra-Nya di bumi dan dengan demikian tidak membiarkan kehidupannya terselubung dalam misteri! Pertanyaan pertama yang wajar, ”Bagaimana saya ada?” dengan senang hati dijawab oleh Bapa surgawi dan dengan demikian Ia mengakui bahwa manusia pertama ini adalah putra-Nya. Ia adalah ”anak Allah.” (Lukas 3:38) Yehuwa memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa dari manusia pertama ini, Adam. Berikut ini adalah inti jawaban yang Adam terima dari Bapa surgawinya atas pertanyaannya, yang kemudian ia teruskan kepada keturunannya:


9 ”[Yehuwa] Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk [”nyawa,” Klinkert] yang hidup. Selanjutnya [Yehuwa] Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu. Lalu [Yehuwa] Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.”—Kejadian 2:7-10.


10 Pikiran Adam yang cerdas dan segar dengan penuh semangat menyerap keterangan yang memuaskan ini. Sekarang ia tahu bahwa ia tidak berasal dari alam yang tidak kelihatan itu dari mana Pencipta dan Pembentuknya berbicara. Sebaliknya, ia dibentuk dari bumi tempat ia tinggal dan dengan demikian bersifat jasmani. Pemberi-Kehidupan dan Bapanya adalah Allah Yehuwa. Ia adalah ”nyawa yang hidup.” Karena menerima kehidupannya dari Allah Yehuwa, ia adalah ”anak Allah.” Pohon-pohon di sekelilingnya di taman Eden menghasilkan buah-buah yang baik untuk makanan, untuk ia makan sehingga tetap hidup sebagai jiwa yang hidup. Namun, mengapa ia harus tetap hidup, dan mengapa ia ditempatkan di bumi, dalam taman Eden ini? Ia adalah seorang pria yang telah dibentuk dengan lengkap, yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan fisik, dan ia layak mengetahuinya. Jika tidak, bagaimana ia dapat memenuhi tujuannya dalam kehidupan dan dengan demikian menyenangkan Pencipta dan Bapanya dengan melakukan kehendak ilahi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang baik ini diberikan dalam keterangan berikut:


11 ”[Yehuwa] Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakannya dan memelihara taman itu. Lalu [Yehuwa] Allah memberi perintah ini kepada manusia, ’Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”—Kejadian 2:15-17.


12 Adam pasti berterima kasih kepada Penciptanya karena telah diberi sesuatu yang akan membuatnya sibuk dengan hal-hal yang berguna dalam taman Eden yang indah ini. Sekarang ia mengetahui kehendak Penciptanya, dan ia dapat melakukan sesuatu di bumi bagi Dia. Ia sekarang mempunyai tanggung jawab yang diberikan kepadanya, yaitu mengusahakan taman Eden dan memeliharanya, dan itu adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Dengan melakukan itu, ia dapat menjaga agar taman Eden tampak demikian rupa sehingga mendatangkan kemuliaan dan pujian bagi Pembuatnya, Allah Yehuwa. Bilamana Adam merasa lapar setelah bekerja, ia dapat makan sampai kenyang dari pohon-pohon di taman itu. Dengan demikian ia dapat memulihkan tenaganya dan meneruskan kehidupannya yang bahagia untuk waktu yang tidak ditentukan—tanpa akhir.—Bandingkan Pengkhotbah 3:10-13.


Prospek Kehidupan Kekal


13 Kekal selama-lamanya? Hal ini pasti merupakan gagasan yang hampir tidak dapat dipercaya bagi manusia yang sempurna itu! Namun mengapa tidak? Penciptanya tidak mempunyai pikiran atau maksud untuk menghancurkan taman Eden yang telah dirancang dengan sangat bagus. Mengapa Ia akan menghancurkan karya-Nya sendiri, yang begitu baik dan benar-benar mengungkapkan kreatifitas artistik-Nya? Tentu Ia tidak berniat untuk melakukan itu. (Yesaya 45:18) Dan karena taman yang tiada bandingnya ini harus tetap diusahakan, dibutuhkan seorang pemelihara dan pengelola seperti manusia pertama, Adam. Dan jika manusia pengelola itu tidak pernah makan dari buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” yang terlarang itu, ia tidak pernah akan mati. Ya, manusia yang sempurna itu dapat hidup untuk selama-lamanya!


14 Kehidupan kekal dalam Firdaus taman Eden itu terbentang di hadapan Adam! Taman ini dapat dinikmati untuk selama-lamanya, asalkan ia tetap taat secara sempurna kepada Penciptanya, tidak pernah makan buah yang dilarang oleh Pencipta manusia. Keinginan Dia ialah agar manusia sempurna itu tetap taat dan tetap hidup selama-lamanya. Larangan memakan buah ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu” bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Ini hanya ujian terhadap ketaatan yang sempurna dari manusia terhadap Bapanya. Ini merupakan kesempatan bagi manusia untuk membuktikan kasihnya kepada Allah, Penciptanya.


15 Dengan perasaan sungguh-sungguh puas bahwa ia bukan sekedar hasil perbuatan yang tidak sengaja melainkan mempunyai Bapa surgawi, dengan pikirannya diterangi dengan pengertian tentang tujuannya dalam kehidupan, dengan harapan untuk hidup kekal dalam Firdaus, manusia sempurna memandang ke muka ke suatu masa depan yang cerah. Ia makan dari pohon-pohon yang baik untuk dimakan, dan menghindari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” Ia mengharapkan hal-hal yang baik di tangan Penciptanya. Pekerjaan mengusahakan taman Eden, bukan merusaknya, adalah baik, dan manusia sempurna itu bekerja.


Tidak Merasa Wajib Menjelaskan Segala Perkara


16 Siang hari mulai berganti dengan malam seraya benda penerang yang besar dari siang, yang dapat ia lihat dalam gerakannya melintasi angkasa, terbenam. Kegelapan muncul, malam hari dan bulan mulai dapat ia lihat. Hal ini tidak memenuhinya dengan perasaan takut; ini adalah benda penerang yang lebih kecil yang menguasai malam hari. (Kejadian 1:14-18) Mungkin kunang-kunang beterbangan di taman, cahaya mereka yang dingin berkelap-kelip bagaikan lampu-lampu kecil.


17 Ketika malam tiba dan hari mulai gelap, ia merasakan kebutuhan untuk tidur seperti binatang-binatang di sekelilingnya. Pada waktu bangun ia mulai merasa lapar, dan ia makan dengan selera yang baik dari buah pohon yang diizinkan, yaitu dapat kita katakan sebagai makan pagi.


18 Dengan tenaga yang dipulihkan dan benar-benar disegarkan oleh istirahat malam hari, ia mengalihkan perhatiannya kepada pekerjaan untuk hari itu. Pada waktu memandang segala sesuatu yang hijau di sekelilingnya, ia tidak merasa bahwa ia harus menggali misteri dari apa yang ribuan tahun kemudian disebut orang fotosintesis, proses yang mengandung teka-teki, yaitu zat hijau daun dari tanam-tanaman, khlorofilnya, memanfaatkan energi sinar matahari untuk menghasilkan bahan makanan bagi manusia dan hewan, dan pada waktu yang sama mengambil karbon dioksida yang dihembuskan manusia dan hewan dan mengeluarkan oksigen untuk mereka hirup. Seorang manusia bisa saja menyebut ini suatu misteri, tetapi Adam tidak perlu memecahkannya. Itu adalah mukjizat dari Pencipta manusia. Ia memahami dan membuatnya bekerja demi manfaat makhluk-makhluk hidup di bumi. Jadi, bagi kecerdasan yang sempurna dari manusia pertama sudah cukup bahwa Allah sang Pencipta membuat hal-hal tumbuh, dan pekerjaan yang manusia dapatkan dari Allah ialah memelihara bentuk-bentuk kehidupan tanaman yang tumbuh di taman Eden.—Lihat Kejadian 1:12.


Seorang Diri—Namun Tidak Kurang Sukacita


19 Pendidikan manusia di tangan Bapa surgawinya belum selesai. Ia mengurus taman Eden tanpa ada makhluk lain yang seperti dia di atas bumi yang ikut bersamanya atau membantu dia. Ia seorang diri, dalam hal tidak ada makhluk lain yang sejenis dengan dia, yaitu manusia. Ia tidak pergi mencari seseorang seperti dia untuk dijadikan teman. Ia tidak meminta kepada Allah Bapa surgawinya untuk memberinya saudara laki-laki atau perempuan. Kesendiriannya sebagai manusia tidak membuat dia akhirnya menjadi gila dan merampas sukacita dari kehidupan dan pekerjaan. Ia memiliki Allah sebagai teman.—Bandingkan Mazmur 27:4.


20 Adam tahu bahwa ia dan pekerjaannya diawasi oleh Bapa surgawinya. Puncak sukacitanya ialah menyenangkan Allah dan Penciptanya, yang kehebatan-Nya dinyatakan oleh semua karya ciptaan yang indah di sekeliling manusia. (Bandingkan Wahyu 15:3.) Terus menempuh jalan hidup ini bukan merupakan hal yang menyusahkan dan melelahkan atau tugas yang membosankan bagi manusia yang seimbang secara sempurna ini yang dapat bercakap-cakap dengan Allahnya. Dan Allah menaruh di hadapan Adam pekerjaan yang menarik, pekerjaan yang mengasyikkan yang akan memberinya kepuasan dan kesenangan yang besar. Artikel berikut akan menceritakan lebih banyak tentang berkat-berkat dan prospek Firdaus yang Adam nikmati dalam tangan Penciptanya yang pengasih.


[Catatan Kaki]


Ini adalah kata-kata dalam bahasa asli dari kisah penciptaan dalam Kitab Suci.—Kejadian 1:26, catatan kaki New World Translation Reference Bible.


Nabi Musa, yang mencatat keterangan dalam buku Kejadian pada abad ke-16 sebelum Tarikh Masehi, menambahkan keterangan berikut mengenai sungai yang mengalir dari Eden, menurut pengetahuan pada zamannya:


”Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.”—Kejadian 2:11-14.


Bagaimana Jawaban Saudara?


Mengapa Adam tidak merasa bingung untuk waktu yang lama berkenaan keberadaannya?


Pekerjaan apa yang Allah berikan kepada Adam, dan bagaimana sambutannya?


Prospek apa yang dimiliki manusia yang sempurna, dan mengapa?


Mengapa Adam tidak membuat pemecahan misteri-misteri menjadi pekerjaan seumur hidup?


Mengapa kesendirian Adam sebagai manusia tidak merampas sukacita dari kehidupannya?


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar