Sabtu, 30 Maret 2013

Pelacur yg keji-kebinasaannya

Pelacur
yang Keji—Kebinasaannya
”Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, sebab benar dan adil segala penghakimanNya; karena Ialah yang telah menghakimi [”mengeksekusi,” NW] pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hambaNya atas pelacur itu.”—WAHYU 19:1, 2.

SEMUA hal yang telah kita bahas cukup serius. Namun, perlu kita perhatikan bahwa Wahyu 17:2 juga menyebut tentang percabulan antara pelacur besar itu dengan ”raja-raja di bumi.” Walaupun ia sudah jatuh, ia masih tetap sahabat karib dunia ini, dan ia berupaya memanipulasi para penguasa dunia untuk mencapai tujuannya. (Yakobus 4:4) Pelacuran rohani ini, yaitu hubungan gelap antara Babel Besar dengan para penguasa politik, mengakibatkan puluhan juta orang yang tidak bersalah mati sebelum waktunya! Bahwa pelacur besar terlibat di kedua belah pihak dari pertarungan dalam Perang Dunia I sudah cukup buruk, namun dosa-dosanya sehubungan dengan Perang Dunia II, pasti telah ”bertimbun-timbun sampai ke langit”! (Wahyu 18:5) Mengapa kita mengatakan demikian?

2
Nah, satu contoh saja, bagaimana penguasa lalim Adolf Hitler menjadi perdana menteri—dan diktator—di Jerman? Melalui intrik politik seorang satria kepausan yang oleh kanselir Jerman sebelumnya, Kurt von Schleicher, digambarkan sebagai ”pengkhianat yang, jika dijejerkan di sebelahnya, Yudas Iskariot adalah seorang santo.” Ini adalah Franz von Papen, yang mengatur Aksi Katolik dan pemuka-pemuka industri untuk menentang komunisme dan mempersatukan Jerman di bawah Hitler. Sebagai bagian dari transaksi tawar-menawar, von Papen dijadikan wakil kanselir. Hitler mengutus delegasi yang dipimpin oleh von Papen ke Roma untuk merundingkan perjanjian antara Negara Nazi dan Vatikan. Paus Pius XI mengatakan kepada utusan Jerman itu betapa senang ia bahwa ”pemerintah Jerman sekarang mempunyai pemimpin seorang pria yang tanpa kenal kompromi menentang Komunisme,” dan pada tanggal 20 Juli 1933, dalam sebuah upacara besar di Vatikan, Kardinal Pacelli (yang tidak lama kemudian menjadi Paus Pius XII) menandatangani perjanjian antar gereja-negara itu.

3
Seorang sejarawan menulis: ”Perjanjian [dengan Vatikan] tersebut merupakan kemenangan besar bagi Hitler. Hal itu memberinya dukungan moral pertama yang ia peroleh dari dunia luar, dan ini dari sumber yang sangat tinggi.” Pada waktu merayakan ini di Vatikan, Pacelli menganugerahkan kepada von Papen tanda jasa kepausan yang tinggi berupa Salib Agung dari Ordo Pius. Winston Churchill, dalam bukunya The Gathering Storm (Badai yang Mengumpul), yang diterbitkan pada tahun 1948, menceritakan bagaimana von Papen selanjutnya menggunakan ”reputasinya sebagai seorang Katolik yang baik” untuk mendapatkan dukungan gereja dalam pengambil-alihan Austria oleh Nazi. Pada tahun 1938, untuk menghormati hari ulang tahun Hitler, Kardinal Innitzer memerintahkan agar semua gereja Austria mengibarkan bendera swastika, membunyikan lonceng gereja dan berdoa bagi diktator Nazi itu.

4
Karena itu Vatikan menanggung hutang darah yang sangat besar! Sebagai bagian yang terkemuka dari Babel Besar, ia telah memberikan bantuan besar dalam mengangkat Hitler kepada kekuasaan dan dalam memberinya dukungan ”moral.” Vatikan bertindak lebih jauh dengan secara diam-diam menyetujui kekejaman Hitler. Selama dasawarsa yang panjang dari teror Nazi, paus Roma membungkam ketika ratusan ribu prajurit Katolik bertempur dan mati demi kebesaran rezim Nazi dan ketika jutaan orang lain yang malang dibunuh dalam kamar-kamar gas Hitler.

5
Para uskup Katolik Jerman bahkan terang-terangan memberikan dukungan kepada Hitler. Pada hari yang sama ketika Jepang, sekutu perang Jerman pada waktu itu, dengan diam-diam menyerang Pearl Harbor, The New York Times memuat laporan ini: ”Konperensi Uskup-Uskup Katolik Jerman yang berkumpul di Fulda mengusulkan diperkenalkannya ’doa perang’ istimewa yang akan dibacakan pada awal dan akhir semua kebaktian rohani. Doa tersebut memohon kepada Allah agar memberkati tentara-tentara Jerman dengan kemenangan dan melindungi kehidupan dan kesehatan semua prajurit. Uskup-uskup itu selanjutnya memerintahkan kaum pendeta Katolik untuk memasukkan dan mengingat, sedikitnya satu kali sebulan dalam khotbah istimewa hari Minggu, tentara-tentara Jerman ’di darat, di laut, di udara.’”

6
Jika tidak ada kisah cinta antara Vatikan dan Nazi, dunia kemungkinan besar tidak akan menyaksikan penderitaan hebat dari jutaan tentara dan orang sipil yang terbunuh dalam peperangan, enam juta orang Yahudi yang dibantai karena bukan bangsa Aria dan—yang paling berharga dalam pandangan Yehuwa—ribuan Saksi-Saksi-Nya, dari kaum terurap maupun ”domba-domba lain,” yang menderita kekejaman yang hebat, dengan banyak Saksi-Saksi yang mati dalam kamp-kamp konsentrasi Nazi.—Yohanes 10:10, 16.

Melihat
Pelacur itu dari Dekat

7
Betapa cocok penglihatan yang selanjutnya disingkapkan dalam nubuat buku Wahyu! Dengan melihat pasal 17 ayat 3 sampai 5, kita mendapati Yohanes mengatakan tentang malaikat itu: ”Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: ’Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi.’”

8
Di sini Yohanes mengamati Babel Besar dari dekat. Ia benar-benar cocok sebagai penghuni padang gurun, di antara binatang-binatang buas yang tinggal di sana. Identitas pelacur besar ini jelas dari apa yang ia bawa dalam cawannya, walaupun cawan itu memperdayakan, karena dari luar kelihatannya berharga. Ia minum ramu-ramuan yang menjijikkan dari sudut pandangan Allah. Persahabatannya dengan dunia, doktrin-doktrin palsunya, sikapnya yang serba boleh dalam hal moral, petualangan cintanya dengan kuasa-kuasa politik—tidak satu pun dari hal-hal ini ditoleransi oleh Yehuwa, ”Hakim segenap bumi.” (Kejadian 18:22-26; Wahyu 18:21, 24) Oh, betapa indah ia menghiasi dirinya! Ia terkenal dengan katedral-katedralnya yang megah dengan arsitektur yang mengesankan dan jendela-jendela dari kaca berwarna, pagoda-pagoda dan candi-candinya yang penuh permata, kuil-kuil dan tempat-tempat pemujaannya yang termasyhur karena usia. Tepat seperti dandanan yang penuh gaya dari pelacur besar itu, imam-imam dan para biarawannya mengenakan pakaian warna merah, ungu dan kuning yang mahal.—Wahyu 17:1.

9
Tetapi, yang paling patut dicela ialah tindakannya yang haus darah. Yehuwa mempunyai perhitungan jangka panjang yang harus diselesaikan dalam hal itu! Babel Besar mensponsori para diktator zaman modern yang haus darah, dan sejarahnya yang menjijikkan dalam menumpahkan darah terentang jauh berabad-abad ke masa lampau, melalui perang-perang agama, Inkwisisi, Perang-Perang Salib, ya, sampai kepada mati sahidnya beberapa dari rasul-rasul dan pembunuhan Putra Allah sendiri, Tuhan Yesus Kristus, dan jauh sebelum itu. (Kisah 3:15; Ibrani 11:36, 37) Selain semua itu tambahkan lagi pembunuhan atas Saksi-Saksi Yehuwa dalam tahun-tahun belakangan melalui regu tembak, penggantungan, kapak, pemenggalan kepala, pedang, dan perlakuan tidak berperi-kemanusiaan dalam penjara dan kamp-kamp konsentrasi. Tidak mengherankan jika Yohanes mengakhiri gambarannya dengan mengatakan: ”Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus”!—Wahyu 17:6.

’RAHASIA
PEREMPUAN DAN BINATANG ITU’

10
Yohanes ”sangat heran” dengan apa yang ia lihat. Dewasa ini kita juga merasa heran! Selama tahun 1930-an dan 1940-an, ”pelacur besar” menggunakan Aksi Katolik dan intrik politik untuk menganiaya dan melarang saksi-saksi Yehuwa yang setia. Sampai sekarang, di mana saja ia dapat menjalankan cukup banyak pengaruh, Babel Besar terus menghalangi, melarang, dan menyalahgambarkan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa, yang memberitakan harapan yang mulia dari Kerajaan Allah. Dengan menawan ratusan juta orang dalam organisasi-organisasi agama dari pelacur besar itu, kaum pendetanya menjadi ’pemimpin buta dari orang buta,’ menuntun mereka kepada lubang kebinasaan. Tidak, pelacur yang keji ini tidak pernah dapat mengatakan seperti rasul Paulus: ”Aku menyatakan kepada kamu, bahwa aku lepas daripada darah sekalian orang.”—Matius 15:7-9, 14; 23:13; Kisah 20:26, Bode.

11
Ketika memperhatikan perasaan heran Yohanes, malaikat itu mengatakan kepadanya: ”Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu.” (Wahyu 17:7) Apa gerangan ”binatang” ini? Lebih dari 600 tahun sebelumnya, nabi Daniel melihat binatang-binatang dalam penglihatan, dan ia diberi penjelasan bahwa binatang-binatang itu melambangkan ’raja-raja,’ atau pemerintahan-pemerintahan politik di bumi ini. (Daniel 7:2-8, 17; 8:2-8, 19-22) Yohanes di sini melihat dalam penglihatan gabungan dari pemerintahan-pemerintahan semacam itu—”seekor binatang yang merah ungu.” Ini adalah Liga Bangsa Bangsa bikinan manusia yang muncul di dunia pada tahun 1920 namun terjun ke dalam jurang maut ketidakaktifan ketika Perang Dunia II meletus pada tahun 1939. Tetapi, apa gerangan ”rahasia perempuan itu dan rahasia binatang [buas]” itu?

12
Dengan petunjuk ilahi, Saksi-Saksi Yehuwa mendapat penerangan tentang rahasia itu pada tahun 1942. Perang Dunia II pada waktu itu sedang pada puncaknya, dan banyak yang berpikir bahwa hal itu akan memuncak dengan Armagedon. Namun Yehuwa merencanakan hal lain! Masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan Saksi-Saksi-Nya! Pada Kebaktian-kebaktian Teokratis Dunia Baru yang mereka adakan pada tanggal 18-20 September 1942, dengan kota utama di Cleveland, Ohio, yang dihubungkan dengan 51 tempat lain di Amerika Serikat, presiden Lembaga Menara Pengawal Nathan H. Knorr, memberikan khotbah umum, ”Perdamaian—Dapatkah Itu Bertahan?” Dalam khotbah itu ia membahas Wahyu 17:8, yang menyebutkan mengenai ’binatang buas merah ungu’ yang ”telah ada, namun [sekarang] tidak ada, [dan] ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan.” Ia memperlihatkan bagaimana Liga Bangsa Bangsa ”telah ada” pada tahun 1920-1939. Kemudian ia ”tidak ada” karena Liga itu mati. Namun setelah Perang Dunia II, gabungan bangsa-bangsa ini akan muncul dari jurang maut. Apakah ramalan yang didasarkan Alkitab itu tergenap? Memang demikian! Pada tahun 1946 ’binatang buas’ internasional itu muncul dari jurang maut ketidakaktifannya sebagai Perserikatan Bangsa Bangsa.

13
Babel Besar, walaupun dilemahkan oleh kejatuhannya, terus menempuh jalan-jalannya yang bagaikan pelacur dengan ”binatang” PBB. Sebagai contoh, pada bulan Juni 1965, tokoh-tokoh yang terkemuka dari tujuh cabang agama besar di dunia, yang disebut Kristen dan non-Kristen, yang dikatakan mewakili separuh penduduk dunia, berkumpul di San Fransisco untuk merayakan ulang tahun PBB yang ke-20. Pada tahun yang sama, Paus Paulus VI menyatakan PBB sebagai ”harapan terakhir untuk kerukunan dan perdamaian,” dan belakangan Paus Yohanes Paulus II menyatakan harapannya agar ”Perserikatan Bangsa Bangsa tetap menjadi forum tertinggi untuk perdamaian dan keadilan.” Pada tahun 1986, imperium agama palsu sedunia mengambil pimpinan dalam mensponsori Tahun Perdamaian Internasional PBB. Namun apakah perdamaian dan keamanan sejati terwujud sebagai jawaban atas doa mereka? Sama sekali tidak! Semakin lebih banyak bangsa anggota PBB memperlihatkan bahwa mereka sebenarnya tidak mengasihi pelacur besar itu.

Pemusnahan
Pelacur itu

14
Tepat pada waktunya, ’binatang buas merah ungu’ itu sendiri harus menuju kebinasaan. Tetapi sebelum ini terjadi, dan bahkan sebelum serangannya yang terakhir yang bagaikan binatang atas umat Allah, binatang PBB harus melaksanakan suatu tugas istimewa. Yehuwa akan menaruh ’kehendak-Nya dalam hati binatang buas dan tanduk-tanduk militernya.’ Apa hasilnya? Malaikat Allah menjawab: ”Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu serta binatang itu akan membenci pelacur itu dan mereka akan membuat dia menjadi sunyi dan telanjang, dan mereka akan memakan dagingnya dan membakarnya dengan api.” ’Ia telah menikmati kemuliaan dan kemewahan [tanpa malu, NW],’ namun sekarang semua terbalik. Bangunan-bangunan agamanya yang megah dan harta miliknya yang luar biasa besar tidak akan menyelamatkan dia. Seperti dikatakan malaikat itu: ”Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar [maut, Bode] dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena Tuhan [Yehuwa, NW] Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat.”—Wahyu 17:16, 17; 18:7, 8.

15
Para kekasih politiknya akan meratapi kematiannya, dengan mengatakan: ”Celaka, celaka engkau, hai kota yang besar, Babel, hai kota yang kuat, sebab dalam satu jam saja sudah berlangsung penghakimanmu!” Demikian pula, para tokoh terkemuka dalam bisnis besar, yang bersama dia memperoleh keuntungan dengan curang, akan ”menangis dan meratap, mereka berkata: ’Celaka, celaka, . . . sebab dalam satu jam saja kekayaan sebanyak itu sudah binasa.’”—Wahyu 18:9-17.

16
Tetapi, sambutan apakah yang akan diberikan oleh umat Allah sendiri? Ini semua tercakup dalam kata-kata malaikat: ”Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu!” Dengan cepat ia akan dicampakkan, tidak pernah lagi ia akan mencela nama suci Yehuwa. Kebinasaan pelacur besar itu menuntut diadakannya perayaan dan nyanyian kemenangan puji-pujian bagi Yehuwa. Sebagai yang pertama dari serentetan paduan suara haleluya, refrain yang penuh sukacita akan terdengar: ”Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, sebab benar dan adil segala penghakimanNya, karena Ialah yang telah menghakimi [”mengeksekusi,” NW] pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hambaNya atas pelacur itu.”—Wahyu 18:20–19:3.

17
Tindakan penghukuman Allah akan berjalan dengan cepat sampai tuntas pada waktu ”Raja atas segala raja, dan Tuan sekalian tuan,” Kristus Yesus, menginjak-injak ”irikan anggur, yaitu kehangatan murka Allah yang Mahakuasa” (Bode) di Armagedon. Di sana ia akan memusnahkan para penguasa yang jahat dan semua yang masih tersisa dari organisasi Setan di bumi. Burung-burung pemakan bangkai akan melahap bangkai-bangkai mereka. (Wahyu 16:14, 16; 19:11-21) Betapa bahagia seharusnya kita bahwa waktu yang telah ditentukan Allah sudah dekat untuk membersihkan bumi kita yang indah dari segala sesuatu yang najis, kotor, dan merusak!

18
Apakah itu klimaks dari buku Wahyu? Tidak, masih belum! Karena dengan selesainya kebangkitan 144.000 ke surga, perkawinan Anak Domba dilangsungkan. ”Pengantin perempuan”nya, yang telah dihiasi untuk suaminya, ditempatkan dalam ”langit yang baru,” dan dari sana ia turun, secara kiasan, sebagai pasangan pembantu Pengantin Laki-Lakinya dalam melaksanakan maksud-tujuan Yehuwa untuk ”menjadikan segala sesuatu baru.” Keindahan rohani pengantin perempuan itu sama indahnya dengan kota suci, Yerusalem Baru, yang diterangi oleh Yehuwa Allah Yang Mahakuasa dengan kemuliaan-Nya, dan Anak Domba adalah lampunya. (Wahyu 21:1-5, 9-11, 23) Jadi di sini buku Wahyu mencapai klimaksnya yang menakjubkan, dengan nama Yehuwa disucikan dan Anak Domba, Kristus Yesus, bersama pengantin perempuannya, Yerusalem Baru, mulai memberkati umat manusia yang taat dengan kehidupan kekal dalam Firdaus di bumi.

19
Apakah saudara telah sadar tentang sikap bermuka dua dari agama palsu dan apakah saudara telah keluar dari Babel Besar? Dan apakah saudara telah mengambil langkah selanjutnya untuk datang kepada Allah Yehuwa, melalui Kristus Yesus, dalam pembaktian sepenuh hati yang mengarah kepada baptisan? Ini juga penting untuk keselamatan! Seraya waktu yang telah ditentukan saat Yehuwa melaksanakan penghukuman terakhir makin dekat, undangan ini berkumandang dengan sangat mendesak: ”Roh dan pengantin perempuan itu berkata: ’Marilah!’” Semoga semua yang mengindahkan seruan itu membaktikan kehidupan mereka kepada Yehuwa dan dengan bergairah mengatakan: ”Marilah!” kepada orang-orang lain lagi. Ya, ”barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Wahyu 11:17) Undangan itu masih terbuka. Saudara sungguh-sungguh akan bahagia jika saudara menentukan sikap, dan memelihara sikap tersebut di hadapan takhta Allah dan Anak Domba, sebagai salah seorang dari umat Yehuwa yang berbakti dan dibaptis. Waktu yang telah ditentukan sudah lebih dekat daripada yang saudara kira! Ya, klimaks yang menakjubkan dari buku Wahyu sudah di ambang pintu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar