Tritunggal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dasar
|
Ajaran
|
|
Topik terkait
|
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin
Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa,
namun hadir dalam Tiga Pribadi: Allah Bapa dan Putra danRoh Kudus, di mana
ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama
kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris:trinity, Latin: trinitas)
mengandung arti tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah. Istilah
"pribadi" dalam bahasa Yunani adalah hupostasis,
diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person).
Sejak awal abad
ketiga[1] doktrin Tritunggal
telah dinyatakan sebagai "Satu keberadaan (Yunani: ousia,
Inggris: beeing)
Allah di dalam tiga Pribadi dan satu substansi (natur), Bapa, Anak, dan Roh
Kudus "
Kamus Oxford Gereja Kristen (The
Oxford Dictionary of the Christian Church) menjelaskan Trinitas sebagai
"dogma sentral dari teologi Kristen".[2]Doktrin ini
diterima oleh mayoritas aliran-aliran Kristen, seperti: Katolik,Protestan, dan Orthodoks.
Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru,
tidak secara eksplisit menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi
keberadaan Bapa, Putra dan Roh Kudus tersirat dalam banyak ayat, baik secara
terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan rumusan dalam perintah tentang
pembaptisan di Matius 28:19: "Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus" (TB-LAI). Doktrin
Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah berdasarkan Firman
Tuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: "Aku di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Aku", dapat digunakan untuk menjelaskan istilah
"pribadi", "sifat", "esensi",
"subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para
Rasul.
Karena
kekurangpahaman dalam membaca Injil, beberapa orang atau kelompok menyangkal
bahwa doktrin yang dinyatakan pada abad ke-4 tersebut
didasarkan pada gagasan Kristen, dan bahwa doktrin itu
merupakan sebuah penyimpangan dari ajaran Kristen mula-mula tentang Allah.
Bahkan ada yang menyatakan bahwa doktrin tersebut meminjam konsep pra-Kristen
tentang trinitas ilahi yang dipahami oleh Plato. Namun sebenarnya justru konsep trinitas
ini muncul dari pembacaan lebih mendalam dari Alkitab itu sendiri.
Daftar isi
o 7.1 Umum
|
Diagram
"Scutum Fidei" atau "Perisai Trinitas" dari simbolisme Kristen
Barat tradisional.
Kata Trinitas berasal dari bahasa Latin "trinus"
dan "unitas" yang berarti "tiga serangkai atau tritunggal".[3] Kata benda abstrak
ini terbentuk dari kata sifat trinus (tiga
masing-masing, tiga kali lipat),[4] sebagai kata unitas yang merupakan
kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu).
Kata yang sesuai
dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang berarti "satu set dari tiga"
atau "berjumlah tiga".[5]
Penggunaan
tercatat pertama dari kata Yunani ini dalam teologi Kristen (meskipun bukan
tentang Trinitas Ilahi) adalah oleh Teofilus dari Antiokhia
pada sekitar 170.[6][7][8]
Tertulianus, seorang
teolog Latin yang menulis pada awal abad ke-3, yang
dianggap menggunakan kata-kata "Trinitas",[9] "persona"
dan "substansi"[10]menjelaskan
bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah "satu dalam esensi - bukan satu
dalam Persona"[11]
Sekitar satu abad
kemudian, pada tahun 325, Konsili Nicea menetapkan doktrin
Trinitas sebagai ortodoksi dan mengadopsi Pengakuan
Iman Nicea, yang menggambarkan Kristus sebagai "Allah dari
allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan, bukan
dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa".
Pertemuan Nicea
adalah pertemuan yang sangat diragukan karena ketidak konsistenan data.
Penguasa Roma Konstantin memanggil semua
uskup keNicea, jumlahnya
sekitar 1800 uskup. Dari jumlah ini sekitar 1000 orang dari timur dan 800 orang
dari barat. Namun, jumlah yang hadir lebih sedikit dan tidak diketahui pasti
berapa. Eusebius dari Kaisaria menghitung 250, Athanasius dari Alexandria menghitung 318,
dan Eustatius dari Antiokiamencatat
270 orang. Mereka bertiga hadir pada konsili ini. Belakangan Socrates Scholasticus mencatat lebih
dari 300 orang dan Evagrius, Hilarius,Hieronimus dan Rufinus mencatat
318 orang.
Konstantin bukan
seorang Kristen. Menurut dugaan, ia belakangan ditobatkan, tetapi baru dibaptis
pada waktu sedang terbaring sekarat.
Mengenai dirinya, Henry Chadwick mengatakan dalam The Early Church: “Konstantin, seperti bapanya,
menyembah Matahari Yang Tidak Tertaklukkan;... pertobatannya hendaknya tidak
ditafsirkan sebagai pengalaman kerelaan yang datang dari batin... Ini adalah
masalah militer. Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah jelas
sekali, tetapi ia yakin bahwa kemenangan dalam pertempuran bergantung pada
karunia dari Allah orang-orang Kristen.”
Peranan apa yang
dimainkan oleh kaisar yang tidak dibaptis ini di Konsili Nicea? Encyclopaedia Britannica menceritakan:
“Konstantin
sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan secara pribadi
mengusulkan... rumusan penting yang menyatakan hubungan Kristus dengan Allah
dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, ‘dari satu zat dengan
Bapa’... Karena sangat segan terhadap kaisar, para uskup, kecuali dua orang
saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari mereka dengan sangat berat
hati.”
Karena itu, peran
Konstantin penting sekali. Setelah dua bulan debat agama yang sengit, politikus
kafir ini campur tangan dan mengambil keputusan demi keuntungan mereka yang
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa? Pasti bukan karena
keyakinan apapun dari Alkitab. “Konstantin pada dasarnya tidak mengerti apa-apa
tentang pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam teologi Yunani,” kata A Short History of Christian
Doctrine. Yang ia tahu adalah bahwa perpecahan agama merupakan
ancaman bagi kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
Setelah Konsili
Nicea, perdebatan mengenai pokok ini terus berlangsung selama puluhan tahun.
Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin
lagi untuk beberapa waktu. Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil
keputusan menentang mereka. Ia meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai
standar untuk daerahnya dan mengadakanKonsili Konstantinopel pada tahun 381 M.
untuk menjelaskan rumus tersebut.
Konsili tersebut
menyetujui untuk menaruh roh kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan
Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal Susunan Kristen mulai terbentuk dengan
jelas.
Tetapi, bahkan
setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi kredo yang diterima
secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu mengalami penindasan yang
kejam.
Baru pada
abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam kredo-kredo yang tetap. The Encyclopedia Americana mengatakan :
“Perkembangan penuh dari ajaran Tritunggal terjadi di Barat, pada pengajaran
dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi filsafat dan psikologi
disetujui.”
Tritunggal
didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia. Athanasius adalah seorang
pendeta yang mendukung Konstantin di Nicea. Kredo yang memakai namanya
berbunyi: “Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah
Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan
tiga allah, tetapi satu Allah.”
Tetapi, para
sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju bahwa Athanasius tidak menyusun
kredo ini. The New Encyclopedia Britannica mengomentari: “Kredo itu baru
dikenal oleh Gereja Timur pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada
umumnya setuju bahwa Kredo Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal
tahun 373) tetapi mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5...
Pengaruh kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada
abad ke-6 dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9
dan kira-kira tidak lama setelah itu di Roma.”
Allah di dalam
Alkitab menyatakan Diri kepada manusia yang diciptakanNya sebagai Bapa, Firman
(Anak), dan Roh Kudus. Umat Krisitiani mengenal Allah sedemikian rupa dan
membentuk istilah Allah Tritunggal: Allah (Bapa), Allah (Anak), dan Allah (Roh
Kudus) merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga
Pribadi adalah sama, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam
esensi dan memiliki sifat (Ing:attribute) yang sama. Ke-mahakuasa-an,ke-tidak-berubah-an,
ke-mahasuci-an, ke-tidak-tergantung-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi
Allah.
Masing-masing
Pribadi adalah Allah, namun ketiga Pribadi tidak identik ketika kita
memanggilNya di dalam doa atau ketika Allah mewujudkan karyaNya bagi penciptaan
dan pemeliharaan manusia dan alam semesta, maka Allah Bapa bukan Allah Anak;
Allah Anak bukan Allah Roh Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa.
Ketiganya dapat dibedakan, tetapi di dalam esensi tidak terpisahkan.
Yohanes Calvin menjelaskan bahwa
ketiga Pribadi tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi tiga sosok yang
terpisah.[12] Ketiga gelar
tersebut digunakan untuk menunjukkan bahwa ada kekhasan dalam cara Allah turun
ke dunia ini.[12] Allah yang turun
ke dunia, mati dan menderita bukanlah Allah
Bapa, melainkan Allah
Anak.[12]
Jika ketiga
pribadi adalah satu mengapa satu sama lain berkomunikasi seolah-olah berbeda
eksistensi satu sama lain? Ketiganya saling berkomunikasi untuk mengungkapkan
eksistensi-Nya yg hakiki dalam Tritunggal; Ia ingin menunjukkan Diri-Nya. Yesus
berbicara mendukung kemuliaan Allah Bapa, Yesus menjadi saksi Allah Bapa. Bapa
berbicara mendukung kemuliaan YesusKristus, Bapa
menjadi saksi Yesus Kristus. Roh
Kudus hadir mendukung kemuliaan Allah Bapa dan Yesus Kristus, Roh Kudus menjadi saksi Kemuliaan Allah
Bapa dan Putra.
·
dan turunlah Roh
Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari
langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."[13] (Bapa dan Roh
Kudus bersaksi)
·
"Apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
diam di dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.”[14] (Yesus bersaksi)
Ketiga-Nya saling
memberikan kesaksian untuk mengesahkan satu sama lain
·
"Kalau Aku bersaksi
tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar."[15]
·
"Dan dalam kitab
Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah."[16]
·
"Ini adalah untuk
ketiga kalinya aku datang kepada kamu: Baru dengan keterangan dua atau tiga
orang saksi suatu
perkara sah"[17]
Allah sebagai Bapa
yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra,
begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi
tidak pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam
hal kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter
Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang sempurna dari
segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan
rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni.
Bapa (Kepribadian
Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus.
Allah sebagai
teladan dengan Ia merendahkan diri-Nya dalam rupa manusia dan mengenakan nama Yesus yang
adalah Kristus (Allah yang datang sebagai manusia), taat pada
semua hukum yang telah Ia tetapkan, mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang
ketiga, dan naik ke surga dan
dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia adalah
teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang Kristen. Allah telah
menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Ini adalah berita Injil yang
adalah kekuatan Allah. Alkitab menyatakan bahwa
Anak merupakan yang Anak sulung Allah dari semua anak-anak Allah dimaksudkan
bahwa Anak pun merupakan "Sahabat Sejati" yang rela mengorbankan
Nyawa-Nya dan tidak menyayangkannya sama sekali untuk manusia dapat diterima
sebagai anak-anak Allah.
Anak (Kepribadian
Anak) tidak pernah lebih rendah daripada Bapa.
Allah sebagai
Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak terlihat,
namun berada dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhandan hidup di dalam-Nya.
Roh Kudus bukanlah
tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari seluruh
alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru.
Roh Kudus tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu
maha kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh
Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh Kudus adalah
Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Allah. Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun
Anak.
·
Pada saat penciptaan dalam Kitab Kejadian Allah berkata:
"Marilah Kita ...", kata Kita merupakan subjek jamak.
·
Saat Yesus dibaptis di sungai
Yordan, Ia menunjukkan kepribadian-Nya pada saat yang sama dan bermunculan
bersama-sama dengan Roh Kudus (dalam manifestasi burung merpati) turun ke atas
Anak, dan Bapa berfirman dengan lantang penuh kasih.
·
Saat penciptaan, dimana Bapa
mencipta, Anak berfirman, dan Roh Kudus yang memulihkan (melayang-layang)
sempurna.
·
Saat Pencurahan Pentakosta,
dimana Bapa mengutus, Anak yang memberikan Roh Kudus, dan Roh Kudus tercurah
pada murid-murid Yesus yang ada di atas loteng.
·
Saat Yesus berada di atas
gunung, setelah Ia meneladani manusia dengan berdoa, Ia menunjukkan
kemuliaan-Nya dan menampakkan kepribadian-Nya dengan wajah-Nya bercahaya
seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang,
kemudian Roh Kudus turun, dan awan yang terang menaungi 3 orang murid Yesus.
Bapa dari dalam awan itu memperdengarkan suara-Nya dan berkata: "Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
Tidak ada pemeluk
Kristen yang menolak doktrin Tritunggal, tetapi sebagian menganggap suatu hal
yang tidak begitu penting untuk mendiskusikannya. Seseorang atau satu komunitas
yang berasal dari agama lain berada pada posisi menyebut diri mereka sebagai "Antitritunggal",
namun bervariasi sesual alasan mereka menolak Tritunggal dan sesuai bagaimana
mereka mendeskripsikan Tuhan.
·
Tuhan
2.
^ The Oxford Dictionary of the Christian Church
(Oxford University Press, 2005 ISBN 978-0-19-280290-3), article Trinity,
doctrine of the
8.
^ Theandros, an online Journal of Orthodox
Christian Theology and Philosophy, vol. 3, Fall 2005. http://www.theandros.com/htrinity.html "In
like manner also the three days which were before the luminaries, are types of
the Trinity Τριάδος, of God, and His Word, and His wisdom. And the fourth is the
type of man, who needs light, that so there may be God, the Word, wisdom, man."
·
Doctrine of the Trinity Overview of
history, doctrinal statements and critics of the doctrine of the Trinity.
·
Pengantar Bahasa Ibrani oleh
DR.D.L Baker, DR.S.M.Siahaan,Dr.A.A.Sitompul (ISBN 978-979-415-328-4)
·
Kamus Singkat Ibrani -
Indonesia oleh D.L.Baker dan A.A.Sitompul (ISBN 978-979-415-978-1)
·
The Trinity — Historic
Christian Essays by Jonathan Edwards, John Owen, Athanasius, Augustine and
more. Extensive resource arguing for the doctrine's biblical nature from a
conservative Calvinist POV.
·
[1] Andrei Rublev's icon of
the Trinity, with discussion of the history of the Trinity in iconography.
·
Catechism of the Catholic
Church, chapter on the Creed.
·
The Trinity, the Definition of Chalcedon, and Oneness Theology (defending the
Trinity against Modalism)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar