Islam anti tritunggal—Jalan menuju Allah melalui Ketaatan ke I
[Huruf-huruf Arab]
”DENGAN menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Kalimat
ini adalah terjemahan dari teks Quran dalam bahasa Arab yang tertera di atas.
Kelanjutan teks itu berbunyi, ”Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Engkaulah
yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.”—Quran, surat 1:1-7.
2 Kata-kata ini merupakan Al Faatihah
(”Pembukaan”), surat pertama kitab suci orang Muslim Al Quran, atau Quran.
Karena lebih dari 1 di antara 5 penduduk dunia beragama Islam dan setiap hari
orang Muslim yang saleh melantunkan ayat-ayat ini lebih dari satu kali pada
kelima waktu salat, kata-kata ini pasti termasuk kata-kata yang paling banyak
diucapkan di muka bumi.
3 Menurut sebuah sumber, ada lebih dari 1.250 juta orang Muslim
di dunia, sehingga Islam menjadi agama terbesar di dunia. Bisa dikatakan, Islam
adalah agama besar yang berkembang paling cepat di dunia, seiring dengan
semakin meluasnya gerakan Muslim di Afrika dan dunia Barat.
4 Nama Islam penting bagi seorang Muslim, karena kata ini
berarti ”taat”, ”berserah diri”, atau ”ikrar” kepada Allah, dan menurut seorang
sejarawan, ”Islam menyatakan sikap batin orang-orang yang mendengarkan
penyiaran Muhammad.” ”Muslim” berarti ”orang yang melaksanakan atau menjalankan
Islam”.
5 Orang Muslim percaya bahwa keyakinan mereka adalah penyempurna
wahyu yang diturunkan kepada orang Ibrani dan orang Kristen, atau Nasrani, yang
setia pada zaman dulu. Akan tetapi, dalam beberapa hal ajaran mereka menyimpang
dari Alkitab, walaupun Quran mengutip Kitab-Kitab Ibrani dan Yunani. (Lihat
kotak, halaman 285.) Untuk lebih memahami keyakinan orang Muslim, kita perlu
mengetahui bagaimana, di mana, dan kapan agama ini mulai.
Muhammad Menerima Panggilan
6 Muhammad dilahirkan di Mekah, Arab Saudi, sekitar tahun
570 M. Ayahnya, Abdullah, meninggal sebelum Muhammad lahir. Ibunya,
Aminah, meninggal ketika Muhammad baru berumur kira-kira enam tahun. Pada masa
itu, orang Arab menjalankan suatu bentuk ibadat kepada Allah yang berpusat di
Lembah Mekah, di lokasi suci Ka’bah, yaitu bangunan sederhana berbentuk kubus
tempat sebuah meteorit hitam dipuja. Menurut kisah turun-temurun Islam, ”Ka’bah
pada mulanya dibangun oleh Adam berdasarkan contoh baku yang berasal dari surga
dan setelah Air Bah dibangun kembali oleh Ibrahim dan Ismael.” (History of
the Arabs, oleh Philip K. Hitti) Ka’bah menjadi tempat
penyimpanan 360 berhala, satu berhala untuk satu hari sepanjang tahun kamariah.
7 Seraya Muhammad semakin dewasa, ia mempertanyakan berbagai
praktek keagamaan pada zamannya. John Noss, dalam bukunya Man’s Religions,
menyatakan, ”[Muhammad] tidak senang dengan pertikaian yang tak ada habisnya di
antara para pemuka kaum Quraisy [kaumnya Muhammad] yang konon adalah demi agama
dan kehormatan. Ia merasa lebih tidak puas lagi terhadap unsur-unsur primitif
yang terus dihidupkan dalam agama Arab, yaitu politeisme serta animisme yang
penuh berhala, amoralitas pada pertemuan serta perayaan keagamaan, minuman
keras, perjudian, serta tari-tarian yang populer pada waktu itu, dan penguburan
hidup-hidup bayi perempuan yang tidak diinginkan, yang tidak hanya dipraktekkan
di Mekah tetapi juga di seluruh jazirah Arab.”—Surat 6:137.
8 Muhammad terpanggil untuk menjadi nabi ketika ia berumur kira-kira
40 tahun. Ia mempunyai kebiasaan menyepi di gua sebuah gunung yang tidak jauh,
yang disebut Gua Hira, untuk bertafakur (merenung), dan pada salah satu
kesempatan inilah ia mengaku menerima panggilan untuk menjadi nabi. Menurut
kisah turun-temurun orang Muslim, ketika ia berada di sana, seorang malaikat,
yang kemudian dikenal sebagai Jibril, menyuruhnya membaca dengan menyebut nama
Allah. Muhammad tidak dapat melakukannya, maka malaikat itu ’merengkuhnya
kuat-kuat hingga nafasnya sesak’. Kemudian malaikat itu mengulangi perintahnya.
Sekali lagi, Muhammad tidak dapat melakukannya, sehingga malaikat itu
’merengkuhnya’ lagi. Hal ini terjadi tiga kali sampai Muhammad mulai membaca
kata-kata yang dianggap sebagai wahyu pertama dari serangkaian wahyu yang kemudian
menjadi Quran. (”Sejarah Ringkas Nabi Muhammad saw” dalam ”Muqaddimah” Al
Qur’an dan Terjemahnya) Menurut kisah lain, wahyu
diturunkan kepada Muhammad seperti gemerincing lonceng.
Diturunkannya Quran
9 Apa yang dianggap sebagai wahyu pertama yang diterima oleh
Muhammad? Narasumber Muslim pada umumnya sepakat bahwa wahyu pertama itu adalah
lima ayat pertama dalam surat 96, berjudul Al-’Alaq, ”Segumpal
Darah”, yang berbunyi,
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
10 Menurut keterangan dalam ”Muqaddimah” Al Qur’an
dan Terjemahnya, Muhammad menjawab, ”Aku tidak dapat membaca.”
Jadi, ia harus menghafal wahyu-wahyu tersebut agar ia dapat mengulangi dan
melantunkannya. Orang Arab kuat menghafal, dan tidak terkecuali Muhammad.
Berapa banyak waktu yang ia butuhkan untuk menerima semua wahyu Quran? Menurut
pendapat umum, wahyu-wahyu tersebut diturunkan dalam kurun waktu 20 sampai 23
tahun, sejak kira-kira tahun 610 M sampai wafatnya Muhammad pada tahun
632 M.
11 Para narasumber Muslim menjelaskan bahwa setelah menerima
setiap wahyu, Muhammad segera melantunkannya di depan orang-orang yang
kebetulan berada di dekatnya. Orang-orang ini kemudian menghafalkan dan
melantunkannya berulang-ulang. Karena orang Arab belum mengenal cara pembuatan
kertas, Muhammad menyuruh para penyalin menuliskan wahyu-wahyu itu di atas
bahan-bahan primitif yang tersedia ketika itu, seperti tulang belikat unta,
pelepah kurma, kayu, dan perkamen. Akan tetapi, baru setelah sang nabi wafat,
semua wahyu tersebut disusun menjadi Quran seperti yang ada sekarang, di bawah
bimbingan para penerus dan sahabat Muhammad. Hal itu terjadi selama masa
pemerintahan tiga khalifah, atau pemimpin Muslim, yang pertama.
12 Seorang penerjemah bernama Muhammad Pickthall menulis, ”Semua
surat Quran telah dicatat dalam bentuk tulisan sebelum sang Nabi wafat, dan
banyak orang Muslim menghafalkan seluruh isi Quran. Tetapi, surat-surat yang
tertulis telah tersebar di antara banyak orang; dan ketika dalam suatu
pertempuran . . . sejumlah besar orang yang hafal seluruh isi Quran
terbunuh, seluruh isi Quran dikumpulkan dan disusun dalam bentuk tertulis.”
13 Kehidupan orang Muslim diatur oleh tiga sumber—Quran, Hadis,
dan Syariat. (Lihat kotak di bawah.) Orang Muslim percaya bahwa Quran dalam
bahasa Arab adalah bentuk wahyu yang paling murni karena menurut mereka bahasa
inilah yang Allah gunakan sewaktu berbicara melalui Jibril. Surat 43:3
menyatakan, ”Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya
kamu memahami(nya).” Jadi, setiap terjemahan dianggap sebagai pengenceran
belaka sehingga tidak murni lagi. Malah, beberapa pakar agama Islam menolak
untuk menerjemahkan Quran. Mereka berpandangan bahwa ”menerjemahkan berarti tidak
loyal”, dan karena itu, sebagaimana dikatakan oleh
Dr. J. A. Williams, seorang dosen sejarah Islam, ”Orang Muslim
selalu mencela dan bahkan adakalanya melarang setiap upaya untuk
menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.”
Penyebaran Agama Islam
14 Muhammad menghadapi tentangan besar sewaktu mendirikan iman
barunya. Penduduk Mekah, bahkan dari kaumnya sendiri, menolak dia. Setelah 13
tahun dianiaya dan dibenci, ia memindahkan pusat kegiatannya ke utara ke
Yatsrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinatun Nabiy (Madinah),
yang berarti ”Kota Nabi”. Perpindahan ini, atau hijrah, pada tahun 622 M
merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam, dan tahun tersebut kemudian
dipakai sebagai titik awal penanggalan Islam.
15 Di kemudian hari, Muhammad memperoleh kekuasaan ketika Mekah
takluk pada bulan Januari 630 M (8 H) dan ia menjadi penguasanya.
Dengan memegang kendali sekuler dan religius sekaligus, ia dapat menyingkirkan
berhala dari Ka’bah dan menjadikannya pusat ibadah haji di Mekah, yang terus
berlangsung sampai sekarang.—Lihat halaman 289, 303.
16 Dalam beberapa dasawarsa setelah wafatnya Muhammad pada tahun
632 M, Islam telah menyebar sejauh Afghanistan dan bahkan sampai ke
Tunisia di Afrika Utara. Pada awal abad kedelapan, keyakinan akan Quran telah
menembus Spanyol dan mencapai perbatasan Prancis. Seperti dinyatakan oleh
Profesor Ninian Smart dalam bukunya Background to the Long
Search, ”Jika dilihat dari sudut pandangan manusia, apa yang dicapai
seorang nabi berkebangsaan Arab pada abad keenam dan ketujuh setelah Kristus
sangat menakjubkan. Di mata manusia secara umum, dari dialah suatu peradaban
baru lahir. Tetapi, tentu saja di mata seorang Muslim apa yang dicapai itu
berasal dari Allah.”
Wafatnya Muhammad Melahirkan Perpecahan
17 Wafatnya sang nabi memicu krisis. Ia tidak mempunyai
keturunan laki-laki dan tidak menetapkan seorang penerus yang pasti.
Sebagaimana dikatakan Philip Hitti, ”Itu sebabnya, soal khalifah adalah problem
tertua bagi agama Islam. Masalah ini belum selesai. . . . Menurut sejarawan
Muslim al-Shahrastani [1086-1153], ’Masalah Islam yang paling banyak
menimbulkan pertumpahan darah adalah masalah khalifah (imamah).’” Bagaimana
problem itu diselesaikan pada tahun 632 M? ”Abu Bakar . . .
ditunjuk (8 Juni 632) sebagai penerus Muhammad melalui pemilihan oleh para
pemimpin di ibu kota, al-Madinah.”—History of the Arabs.
18 Penerus sang nabi akan menjadi pemimpin, seorang khalifah.
Akan tetapi, masalah tentang penerus sejati Muhammad menjadi penyebab
perpecahan dalam tubuh agama Islam. Orang Muslim Sunni menganut prinsip bahwa
yang berhak menjadi pemimpin adalah yang terpilih, tidak soal ia keturunan sang
nabi atau tidak. Karena itu, mereka percaya bahwa ketiga khalifah pertama, Abu
Bakar (mertua Muhammad), Umar (penasihat sang nabi), dan Utsman (menantu sang
nabi), adalah para penerus sah Muhammad.
19 Pernyataan itu ditentang oleh orang Muslim Syiah, yang
mengatakan bahwa pemimpin yang sejati berasal dari garis keturunan sang nabi
dan melalui sepupu serta menantunya, Ali bin Abi Thalib, imam (pemimpin dan
penerus) pertama, yang menikah dengan Fatimah, putri kesayangan Muhammad. Dari
pernikahan mereka lahirlah cucu-cucu lelaki Muhammad, yaitu Hasan dan Husein.
Kaum Syiah juga menyatakan ”bahwa sejak semula Allah dan Nabi-Nya jelas-jelas
menunjuk Ali sebagai satu-satunya penerus yang sah, tetapi ketiga khalifah yang
pertama merebut jabatannya yang sah”. (History of the Arabs)
Tentu saja, kaum Sunni memiliki pandangan yang berlawanan.
20 Apa yang terjadi dengan Ali? Selama kepemimpinannya sebagai
khalifah keempat (656-661 M), timbullah perebutan kepemimpinan antara
dirinya dan gubernur Siria, Muawiyah. Mereka bertempur, tetapi agar tidak
terjadi lebih banyak pertumpahan darah di kalangan orang Muslim, mereka
mengajukan persengketaan mereka ke pihak penengah. Diterimanya tawaran damai
oleh Ali melemahkan kedudukannya dan membuat banyak pengikutnya meninggalkan
dia, termasuk kaum Khawarij (Sempalan), yang menjadi seteru besarnya. Pada tahun
661 M, Ali dibunuh dengan pedang beracun oleh seorang Khawarij fanatik.
Kedua belah pihak (Sunni dan Syiah) masih saja bertikai. Belakangan, kaum Sunni
memilih seorang pemimpin dari antara Umayyad, yaitu para pemuka Mekah yang
kaya, yang bukan keluarga nabi.
21 Bagi kaum Syiah, penerus sejati Muhammad adalah cucunya,
Hasan, putra sulung Ali. Akan tetapi, ia mengundurkan diri dan dibunuh.
Adiknya, Husein, menjadi imam yang baru, tetapi ia pun dibunuh oleh pasukan
Umayyad pada tanggal 10 Oktober 680 M. Kematian Husein, yang menurut
kaum Syiah mati syahid, berdampak besar atas Syiat Ali, atau
partai Ali, sampai sekarang. Mereka percaya bahwa Ali adalah penerus sejati
Muhammad dan ’imam [pemimpin] pertama yang mendapat perlindungan Allah terhadap
kesalahan dan dosa’. Ali dan para penerusnya dianggap oleh orang Syiah sebagai
guru-guru yang tidak pernah keliru, yang mendapat ”anugerah Allah berupa
keadaan tak bercela”. Golongan mayoritas dalam Syiah percaya bahwa hanya ada
12 imam yang sejati, dan imam yang terakhir, Muhammad al-Muntazar,
menghilang (878 M) ”di gua masjid raya di Samarra tanpa meninggalkan
keturunan”. Maka, ”ia menjadi imam ’yang bersembunyi (mustatir)’ atau
’yang diharapkan (muntazar)’. . . . Pada saatnya ia akan
muncul sebagai imam Mahdi (pribadi yang mendapat bimbingan ilahi) untuk
memulihkan Islam yang sejati, menaklukkan seluruh dunia dan memulai zaman
keemasan yang singkat sebelum akhir segala sesuatu”.—History of the
Arabs.
22 Setiap tahun, kaum Syiah memperingati mati syahidnya Imam
Husein. Mereka mengadakan arak-arakan, ada yang menyiksa diri dengan pisau
serta pedang dan dengan cara-cara lain. Pada zaman yang lebih modern, kaum
Syiah banyak mendapat sorotan karena semangat mereka demi gerakan Islam. Akan
tetapi, jumlah mereka hanya kira-kira 20 persen jumlah orang Muslim di dunia,
yang mayoritasnya adalah kaum Sunni. Akan tetapi, sekarang mari kita beralih ke
beberapa ajaran Islam dan memperhatikan bagaimana keyakinan agama Islam
mempengaruhi tingkah laku sehari-hari orang Muslim.
Yang Mahatinggi itu Allah, Bukan Yesus
23 Tiga agama besar yang monoteis di dunia adalah Yudaisme,
Kekristenan, dan Islam. Akan tetapi, pada saat Muhammad berkiprah menjelang
awal abad ketujuh M, dua agama yang pertama tadi, menurut dia, sudah menyimpang
dari jalan kebenaran. Bahkan, Quran secara tidak langsung mengutuk orang Yahudi
dan orang Kristen sewaktu mengatakan, ”Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Surat 1:7) Mengapa demikian?
24 Quran menyatakan, ’Ahli kitab dikutuk: orang Yahudi karena
melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan
tuduhan mereka terhadap Maryam; dan orang Nasrani karena mengatakan Nabi Isa
a.s. itu Allah’ melalui doktrin Tritunggal.—Surat 4:153-176.
25 Secara ringkas, ajaran utama agama Islam adalah syahadat,
atau pengakuan iman, yang dihafalkan setiap orang Muslim, ”Laa Ilaaha
Illallah; Muhammadar Rasulullah” (Tiada Tuhan selain
Allah; Muhammad adalah utusan Allah). Ini sesuai dengan pernyataan dalam Quran,
”Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Surat 2:163) Gagasan seperti itu telah
dinyatakan 2.000 tahun sebelumnya dalam imbauan kepada Israel, ”Dengarkanlah,
hai, Israel: Yehuwa adalah Allah kita; Yehuwa itu esa.” (Ulangan 6:4) Yesus
mengulangi perintah yang terpenting ini, yang dicatat dalam Markus 12:29,
kira-kira 600 tahun sebelum Muhammad, dan Yesus tidak pernah mengaku
sebagai atau setara dengan Allah.—Markus 13:32; Yohanes 14:28;
1 Korintus 15:28.
26 Mengenai keesaan Allah, Quran menyatakan, ”Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, ’(Tuhan
itu) tiga’, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa.” (Surat 4:171) Akan tetapi, patut
diperhatikan bahwa Kekristenan sejati tidak mengajarkan Tritunggal. Doktrin ini
berasal dari kekafiran yang diperkenalkan oleh orang-orang murtad dalam Susunan
Kristen setelah kematian Kristus dan para rasul.—Lihat Pasal 11.
Jiwa, Kebangkitan, Firdaus, dan Api Neraka
27 Agama Islam mengajarkan bahwa manusia mempunyai jiwa yang
kelak pindah ke akhirat. Quran menyatakan, ”Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya: maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya.” (Surat 39:42)
Selain itu, seluruh surat 75 berbicara tentang ”Hari Kiamat”, atau hari
dihidupkannya orang mati. Sebagian isinya berbunyi, ”Aku bersumpah dengan hari
kiamat . . . Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? . . . Ia bertanya:
’Bilakah hari kiamat itu?’ . . . Bukankah (Allah yang berbuat) demikian
berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”—Surat 75:1, 3, 6, 40.
28 Menurut Quran, jiwa bisa memiliki nasib akhir yang berbeda,
yakni pergi ke taman firdaus di surga atau ke tempat penghukuman di api neraka.
Seperti dikatakan Quran, ”Mereka bertanya: ’Bilakah hari pembalasan itu?’ (Hari
pembalasan itu ialah) pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka.
(Dikatakan kepada mereka): ’Rasakanlah azabmu itu.’” (Surat 51:12-14) ”Bagi
mereka [para pedosa] azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat
adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab)
Allah.” (Surat 13:34) Pertanyaannya adalah, ”Dan tahukah kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Surat 101:10, 11) Nasib yang
mengerikan ini digambarkan secara terperinci, ”Sesungguhnya orang-orang yang
kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka.
Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang
lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Surat 4:56) Uraian lebih jauh berbunyi, ”Sesungguhnya neraka Jahannam itu
(padanya) ada tempat pengintai, . . . mereka tinggal di dalamnya
berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak
(pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah.”—Surat 78:21,
23-25.
29 Orang Muslim percaya bahwa jiwa orang mati pergi ke alam
barzakh, atau ”dinding”, ”suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur,
yang membatasi antara dunia dan akhirat”. (Surat 23:99, 100, catatan kaki) Di
sana, jiwa tersebut sadar dan mengalami apa yang disebut ”Siksa Kubur” jika
orang tersebut fasik, atau menikmati kebahagiaan jika ia seorang mukmin (orang
yang beriman). Akan tetapi, orang mukmin pun harus mengalami sedikit penyiksaan
karena sedikit dosa yang mereka lakukan sewaktu masih hidup. Di akhirat, setiap
orang menemui nasib kekalnya, yang mengakhiri keadaan peralihan tersebut.
30 Sebaliknya, orang-orang yang saleh dijanjikan taman firdaus
di surga, ”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam syurga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya.” (Surat 4:57) ”Sesungguhnya
penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka
dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas
dipan-dipan.” (Surat 36:55, 56) ”Dan sungguh telah Kami tulis di dalam
Zabur sesudah (Kami tulis dalam Lauhul Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai
hamba-hamba-Ku yang saleh).” (Surat 21:105) Kata-kata dalam surat ini selaras
dengan isi kitab yang diturunkan kepada Daud, khususnya di Mazmur 25:13 dan
37:11, 29, juga dengan kata-kata Yesus dalam Matius 5:5. Namun,
disebutkannya istri-istri di surat tadi memicu timbulnya pertanyaan lain.
Monogami atau Poligami?
31 Apakah poligami merupakan kebiasaan umum orang Muslim? Quran
mengizinkan poligami, namun banyak orang Muslim hanya mempunyai satu istri.
Mengingat ada banyak janda akibat peperangan, poligami ditoleransi dalam Quran
sebagai berikut, ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki.” (Surat 4:3) Sebuah biografi Muhammad karya
Ibnu-Hisham menjelaskan bahwa Muhammad menikahi seorang janda kaya, Siti
Khadijah, yang usianya 15 tahun lebih tua daripada dia. Setelah istrinya ini
meninggal, ia menikahi banyak wanita. Ketika ia wafat, ia meninggalkan sembilan
janda.
32 Bentuk pernikahan lain dalam agama Islam disebut mutah.
Pernikahan ini adalah ”perjanjian khusus antara seorang pria dan seorang wanita
melalui penawaran dan persetujuan untuk menikah selama periode yang terbatas
dan dengan maskawin yang sudah ditentukan seperti dalam perjanjian untuk
pernikahan yang permanen”. (Islamuna, oleh Mustafa al-Rafii) Kaum Sunni
menyebutnya pernikahan demi kesenangan, sedangkan kaum Syiah menyebutnya
pernikahan yang harus diakhiri dalam periode tertentu. Menurut sumber yang
sama, ”Anak-anak [hasil pernikahan demikian] itu sah dan mempunyai hak yang
sama seperti anak-anak hasil pernikahan yang permanen.” Tampaknya bentuk
pernikahan sementara ini biasa dilakukan pada zaman Muhammad, dan dia
mengizinkannya. Kaum Sunni berkeras bahwa hal ini belakangan dilarang,
sedangkan golongan Imami, kelompok mayoritas dalam Syiah, percaya bahwa ini
masih berlaku. Sebenarnya, banyak orang melakukan hal itu, terutama apabila
seorang pria tidak bersama istrinya untuk jangka waktu yang lama.
Islam dan Kehidupan Sehari-hari
33 Agama Islam memiliki lima Rukun Islam, atau kewajiban utama,
dan enam Rukun Iman, atau keyakinan dasar. (Lihat kotak, halaman 296, 303.)
Salah satu kewajiban orang Muslim yang saleh adalah melakukan sembahyang
(salat) lima kali sehari dengan menghadap ke Mekah. Pada hari Jumat, pria-pria
Muslim umumnya melakukan salat berjamaah di masjid setelah mendengar alunan
azan yang diserukan muazin dari menara masjid. Dewasa ini, banyak masjid hanya
memutar rekaman azan.
34 Masjid adalah tempat ibadat orang Muslim, yang oleh Raja Fahd
Bin Abdul Aziz dari Arab Saudi digambarkan sebagai ”batu penjuru untuk menyebut
nama Allah”. Ia mendefinisikan masjid sebagai ”tempat salat, belajar, kegiatan
hukum dan peradilan, konsultasi, dakwah, penyuluhan, pendidikan dan persiapan.
. . . Masjid adalah jantung masyarakat Muslim”. Sekarang tempat
ibadat ini terdapat di seluruh dunia. Salah satu yang paling terkenal dalam
sejarah adalah Masjid Raya Kordoba, Spanyol, yang selama berabad-abad merupakan
masjid terbesar di dunia. Sekarang, bangunan utama masjid itu menjadi katedral
Katolik.
Konflik dengan dan dalam Susunan Kristen
35 Mulai abad ketujuh, Islam menyebar ke arah barat ke Afrika
Utara, ke arah timur ke Pakistan, India, serta Bangladesh, dan ke selatan ke
Indonesia. Dalam penyebarannya, agama ini terlibat konflik dengan Gereja
Katolik yang militan, yang mengorganisasi Perang Salib untuk merebut kembali
Tanah Suci dari orang Muslim. Pada tahun 1492, pada masa pemerintahan Ratu
Isabella dan Raja Ferdinand, Spanyol ditaklukkan kembali sepenuhnya oleh orang
Katolik. Orang Muslim dan orang Yahudi harus berganti agama, kalau tidak,
mereka akan diusir dari Spanyol. Toleransi yang telah terbina selama
pemerintahan orang Muslim di Spanyol belakangan lenyap akibat Inkuisisi
Katolik. Akan tetapi, agama Islam bertahan dan pada abad ke-20 bangkit serta
berkembang pesat.
36 Seraya agama Islam berkembang, Gereja Katolik mengalami
gejolak internal, berjuang untuk mempertahankan kesatuan dalam tubuhnya. Akan
tetapi, dua pengaruh kuat sudah di ambang pintu dan akan lebih mengguncangkan
kekuatan tunggal gereja tersebut. Dua pengaruh itu adalah mesin cetak dan
Alkitab dalam bahasa rakyat jelata. Pasal berikut akan membahas perpecahan
lebih jauh dalam tubuh Susunan Kristen di bawah pengaruh tersebut dan
pengaruh-pengaruh lain.
[Catatan Kaki]
”Quran” (yang berarti ”Bacaan”) adalah pengejaan yang akan kita gunakan di
sini. Perlu diperhatikan bahwa bahasa asli Quran adalah bahasa Arab, dan
terjemahan dalam bahasa Indonesia yang dipakai di seluruh pasal ini diambil
dari Al Qur’an dan Terjemahnya karya Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, di bawah pengawasan Departemen Agama
Republik Indonesia, Jakarta, 1989. Dalam kutipan-kutipan, nomor pertama
menunjukkan surat, surah atau pasal, dan yang kedua adalah nomor ayat.
Orang Muslim percaya bahwa Alkitab berisi wahyu-wahyu Allah tetapi beberapa
di antaranya kemudian dipalsukan.
Jadi, tahun Islam disebut tahun H (tarikh Hijriah atau tahun perpindahan)
dan bukan M (tarikh Masehi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar