Selasa, 12 Maret 2013

Naḥmanides—Apakah Ia Membuktikan Kekristenan tritunggal Itu Salah?


 

ABAD pertengahan. Itu mengingatkan saudara akan apa? Perang Salib? Inkwisisi? Penyiksaan? Meskipun bukan merupakan periode yang lazimnya dikaitkan dengan diskusi agama secara terbuka, pada masa itulah, yaitu tahun 1263, salah satu dari antara debat Yahudi-Kristen yang paling unik dalam sejarah Eropa berlangsung. Siapa yang terlibat? Masalah-masalah apa saja yang diajukan? Bagaimana itu dapat membantu kita mengenali agama yang benar sekarang?


Apa yang Memicu Debat Tersebut?


Sepanjang Abad Pertengahan, Gereja Katolik Roma menyatakan diri sebagai agama yang benar. Akan tetapi, masyarakat Yahudi tidak pernah melepaskan atribut mereka sebagai umat pilihan Allah. Ketidaksanggupan gereja untuk meyakinkan orang-orang Yahudi mengenai perlunya pertobatan membuat gereja kehabisan akal dan sering kali mengarah kepada kekerasan serta penganiayaan. Selama Perang Salib, puluhan ribu orang Yahudi dibantai atau dibakar pada tiang ketika diberi pilihan antara pembaptisan atau kematian. Di banyak negeri, sikap antisemit yang diilhami gereja merajalela.


Meskipun demikian, sikap yang berbeda diperlihatkan secara menonjol oleh Gereja Katolik Spanyol pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Yahudi diberi kemerdekaan beragama—asalkan mereka tidak menyerang kepercayaan Kristen—dan bahkan, diberi kedudukan yang penting dalam istana raja. Tetapi setelah sekitar satu abad menikmati kebebasan, para imam Dominikan mengambil tindakan untuk mengurangi pengaruh Yahudi dalam masyarakat dan menobatkan orang-orang Yahudi menjadi Katolik. Raja James I dari Aragon didesak oleh imam-imam Dominikan untuk menggelar sebuah debat resmi, tujuannya adalah untuk membuktikan kelemahan posisi Yahudi dan perlunya pertobatan bagi semua orang Yahudi.


Ini bukanlah debat Yahudi-Kristen yang pertama. Pada tahun 1240, sebuah perbantahan resmi diadakan di Paris, Prancis. Tujuan utamanya adalah untuk menguji Talmud, kitab suci orang-orang Yahudi. Namun, para peserta Yahudi hanya diberi sedikit kebebasan berbicara. Setelah gereja mengumumkan kemenangannya dalam perbantahan ini, sejumlah besar salinan Talmud dibakar di alun-alun.


Akan tetapi, sikap yang lebih toleran Raja James I dari Aragon tidak membuka peluang bagi pengadilan pura-pura semacam itu. Menyadari hal ini, imam-imam Dominikan mencoba pendekatan yang berbeda. Seperti yang dipaparkan oleh Hyam Maccoby dalam bukunya Judaism on Trial, mereka mengundang orang-orang Yahudi ke suatu debat ”dengan berselubung sopan santun dan bujukan, dan bukannya penghinaan di depan umum seperti yang terjadi di Paris”. Imam-imam Dominikan menunjuk sebagai wakil utama mereka, Pablo Christiani, seorang Yahudi yang telah ditobatkan menjadi Katolik dan menjadi imam Dominikan. Dengan memanfaatkan pengetahuan Pablo Christiani tentang Talmud dan tulisan-tulisan para rabi, imam-imam Dominikan merasa yakin bahwa mereka dapat memenangkan perkara yang mereka ajukan.


Mengapa Naḥmanides?


Hanya ada satu tokoh di Spanyol yang memiliki reputasi rohani untuk mewakili pihak Yahudi dalam debat itu—Moses ben Naḥman, atau Naḥmanides. Naḥmanides yang dilahirkan kira-kira pada tahun 1194 di kota Gerona, sudah terkenal sebagai sarjana Alkitab dan Talmud sejak ia berusia belasan tahun. Pada usia 30 tahun, ia telah menulis uraian dari sebagian besar Talmud, dan tidak lama setelah itu ia menjadi juru bicara utama dalam menengahi kontroversi sehubungan dengan tulisan-tulisan Maimonides yang menimbulkan ancaman perpecahan dalam masyarakat Yahudi. Naḥmanides dianggap sebagai sarjana Alkitab dan Talmud Yahudi yang terhebat dalam generasinya dan selain itu, kemungkinan hanya Maimonides yang lebih unggul darinya dalam hal pengaruh terhadap Yudaisme selama masa itu.


Naḥmanides menjalankan pengaruh yang ekstensif atas masyarakat Yahudi di Catalonia, dan bahkan Raja James I berkonsultasi dengannya sehubungan dengan berbagai urusan Negara. Kemampuan berpikirnya yang cerdas direspek oleh orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kafir. Imam-imam Dominikan menyadari bahwa agar dapat merendahkan orang-orang Yahudi secara efektif, maka Naḥmanides, rabi utama mereka, harus menjadi peserta debat.


Naḥmanides enggan menerima tantangan debat itu, karena menyadari bahwa imam-imam Dominikan tidak bermaksud mengadakan tukar pendapat secara jujur. Ia diharuskan menjawab tetapi tidak diperbolehkan mengajukan satu pertanyaan pun. Akan tetapi, ia mengajukan permohonan kepada sang raja, meminta agar ia diberi kebebasan berbicara sewaktu mengemukakan tanggapan-tanggapannya. Raja James I menyetujui hal ini. Izin untuk hak berbicara yang relatif bebas semacam itu tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak terulang sepanjang Abad Pertengahan, dan ini jelas membuktikan bahwa sang raja sangat menghargai Naḥmanides. Namun, Naḥmanides merasa waswas. Jika ia dianggap terlalu antagonis dalam debat tersebut, ia dan masyarakat Yahudi akan menerima konsekuensi yang buruk. Tindak kekerasan dapat meledak kapan saja.


Naḥmanides versus Pablo Christiani


Lokasi debat ini adalah istana Raja di Barcelona. Empat babak dilangsungkan—tanggal 20, 23, 26, dan 27 Juli tahun 1263. Raja mengepalai secara langsung setiap babak, dan debat itu juga dihadiri oleh berbagai petinggi Gereja dan Negara, juga masyarakat Yahudi setempat.


Bagi gereja, hasil akhir dari debat tersebut sudah pasti. Dalam pernyataan resminya, imam-imam Dominikan menyatakan bahwa tujuan dari debat itu ’bukan agar iman dipermasalahkan seolah-olah itu merupakan hal yang diragukan, tetapi dengan maksud untuk menghancurkan kekeliruan orang Yahudi dan menyingkirkan iman yang kuat dari banyak orang Yahudi’.


Meskipun di ambang usia 70 tahun, Naḥmanides memperlihatkan kemampuan berpikir yang cemerlang dengan berupaya membatasi diskusi itu hanya pada permasalahan pokok saja. Ia membuka debat dengan mengatakan, ”Perbantahan [sebelumnya] antara orang-orang kafir dan Yahudi menyangkut banyak unsur pengamalan agama yang tidak ada sangkut-pautnya dengan prinsip-prinsip dasar iman. Akan tetapi, di istana kerajaan ini, saya ingin berdebat hanya tentang hal-hal yang menjadi akar dari seluruh kontroversi tersebut.” Kemudian disepakati bahwa subjeknya akan dibatasi pada, apakah Mesias telah datang, apakah ia Allah atau manusia, dan apakah hukum yang sejati dimiliki oleh orang-orang Yahudi atau oleh orang-orang Kristen.


Dalam argumen pembukaannya, Pablo Christiani menyatakan bahwa ia akan membuktikan dari Talmud bahwa Mesias telah datang. Naḥmanides menangkis bahwa jika pendapat itu memang benar, mengapa para rabi yang menerima Talmud tidak menerima Yesus? Sebaliknya daripada memusatkan argumennya pada penalaran berdasarkan Alkitab, Christiani mengacu berulang-kali kepada tulisan-tulisan rabi yang tidak dikenal untuk meneguhkan argumennya. Naḥmanides menyanggah hal ini pokok demi pokok dengan menunjukkan bahwa tulisan-tulisan rabi itu dikutip di luar konteks. Masuk akal bahwa Naḥmanides dapat menunjukkan bahwa dirinya lebih berkompeten dalam memperdebatkan tulisan-tulisan ini karena ia telah membaktikan kehidupannya untuk penelitian. Bahkan ketika Christiani mengacu kepada ayat Alkitab, argumennya menonjolkan pokok yang dengan mudah dibuktikan salah.


Meskipun dibatasi dalam menjawab pertanyaan, Naḥmanides sanggup menyajikan argumentasi yang kuat yang menunjukkan mengapa posisi Gereja Katolik tidak diterima di kalangan orang Yahudi maupun orang-orang lain yang rasional. Sehubungan dengan doktrin Tritunggal, ia menyatakan, ”Pikiran orang Yahudi atau orang lain mana pun tidak akan mengizinkannya untuk percaya bahwa Pencipta langit dan bumi  . . masuk ke dalam rahim seorang wanita Yahudi . . . dan belakangan [akan] diserahkan ke tangan musuh-musuhnya, yang . . . membunuhnya.” Dengan singkat Naḥmanides menyatakan, ”Apa yang kalian percayai—dan justru adalah dasar dari iman kalian—tidak dapat diterima oleh akal sehat.”


Dengan menyoroti ketidakkonsistenan yang sampai saat ini masih mencegah banyak orang Yahudi bahkan untuk memikirkan kemungkinan bahwa Yesus adalah Mesias, Naḥmanides menekankan utang darah yang ekstrem dari gereja. Ia mengatakan, ”Nabi mengatakan bahwa pada zaman Mesias, . . . mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Sejak zaman orang Nazaret itu sampai sekarang, seluruh dunia penuh dengan kekerasan dan perampokan. [Sesungguhnya], orang-orang Kristen menumpahkan lebih banyak darah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, dan mereka juga menjalankan kehidupan yang amoral. Betapa sulitnya bagi Anda, tuanku raja, dan ksatria-ksatriamu ini jika mereka tidak akan lagi belajar perang!”—Yesaya 2:4.


Setelah babak keempat, sang raja menghentikan debat tersebut. Ia berkata kepada Naḥmanides, ”Baru kali ini saya melihat ada orang yang berada dalam posisi dipersalahkan, namun memberikan argumen sehebat Anda.” Sesuai dengan janjinya berupa jaminan kebebasan berbicara dan perlindungan terhadap Naḥmanides, Raja James I dari Aragon menyuruhnya pulang dengan membawa hadiah sebesar 300 dinar. Atas permintaan uskup Gerona, Naḥmanides membuat dokumen tertulis tentang debat itu.


Karena terlanjur menggembar-gemborkan kemenangan, imam-imam Dominikan jelas merasa kesal. Belakangan mereka mendakwa Naḥmanides menghujah gereja, dengan memanfaatkan tulisannya tentang debat tersebut sebagai bukti. Karena merasa tidak puas atas perlakuan raja terhadap Naḥmanides, imam-imam Dominikan menghadap Paus Clement IV. Meskipun telah berumur 70 tahun lebih, Naḥmanides diusir dari Spanyol.


Di Manakah Terdapat Kebenaran?


Apakah argumen kedua belah pihak itu membantu mengidentifikasi agama yang benar? Meskipun masing-masing menonjolkan kekeliruan pihak lainnya, tidak satu pihak pun menyampaikan berita kebenaran yang jelas. Apa yang sedemikian rupa dibuktikan salah oleh Naḥmanides bukanlah kekristenan yang sejati, tetapi sebaliknya, doktrin buatan manusia, seperti ajaran Tritunggal, yang diciptakan oleh Susunan Kristen berabad-abad setelah Yesus. Tingkah laku Susunan Kristen yang amoral dan pertumpahan darah yang sewenang-wenang, yang disoroti dengan begitu berani oleh Naḥmanides, juga merupakan catatan sejarah yang tidak dapat dibantah.


Tidaklah sulit untuk memahami mengapa, di bawah keadaan-keadaan ini, Naḥmanides dan orang-orang Yahudi lainnya tidak terkesan akan argumen-argumen yang membela kekristenan. Lagi pula, argumen-argumen Pablo Christiani didasarkan, bukan atas penalaran yang jelas dari Kitab-Kitab Ibrani, tetapi atas tulisan-tulisan rabi yang diterapkan secara keliru.


Bukan, bukan kekristenan sejati yang disanggah Naḥmanides. Pada zamannya, terang kebenaran dari pengajaran Yesus dan bukti-bukti kemesiasannya telah dikaburkan oleh gambaran yang keliru. Munculnya pengajaran-pengajaran murtad demikian sebenarnya telah dinubuatkan oleh Yesus dan rasul-rasulnya.—Matius 7:21-23; 13:24-30, 37-43; 1 Timotius 4:1-3; 2 Petrus 2:1, 2.


Akan tetapi, agama yang benar dikenal dengan jelas dewasa ini. Yesus mengatakan tentang pengikutnya yang sejati, ”Melalui buah-buahnya kamu akan mengenali mereka. . . . Demikian pula setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, namun setiap pohon yang busuk menghasilkan buah yang tidak berguna.” (Matius 7:16, 17) Kami mengundang saudara untuk mengenakan jati diri tersebut. Biarkan Saksi-Saksi Yehuwa membantu saudara untuk mengadakan penyelidikan secara objektif terhadap bukti-bukti Alkitab. Dengan demikian, saudara akan mempelajari makna yang sebenarnya dari semua janji Allah sehubungan dengan Mesias dan pemerintahannya.


[Catatan Kaki]


Banyak orang Yahudi menamai Naḥmanides sebagai ”Ramban”, sebuah akronim Yahudi yang terbentuk dari huruf-huruf awal pada kata-kata ”Rabi Moses Ben Nahman”.


Lihat artikel ”Maimonides—Pria yang Mendefinisikan Kembali Yudaisme” dalam Menara Pengawal 1 Maret 1995, halaman 20-3.


Pada tahun 1267, Naḥmanides tiba di negeri yang sekarang dikenal sebagai Israel. Tahun-tahun terakhir kehidupannya penuh dengan prestasi. Ia menghidupkan kembali eksistensi bangsa Yahudi dan mendirikan pusat penelitian di Yerusalem. Ia juga melengkapi sebuah uraian tentang Taurat, kelima buku pertama dari Alkitab, dan menjadi pemimpin spiritual masyarakat Yahudi di kota pantai utara Acre, dan di sanalah ia meninggal pada tahun 1270.


[Gambar di hlm. 20]


Naḥmanides mempertahankan argumennya di Barcelona


[Keterangan Gambar di hlm. 19]


Ilustrasi pada halaman 19-20: Direproduksi dari Illustrirte Pracht - Bibel/Heilige Schrift des Alten und Neuen Testaments, nach der deutschen Uebersetzung D. Martin Luther’s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar